Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hingga Oktober, Penjualan Indocement (INTP) Tumbuh 7%

Penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tumbuh 7% secara tahunan untuk periode Januari 2018—Oktober 2018. 
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (4/9)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (4/9)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA— Penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tumbuh 7% secara tahunan untuk periode Januari 2018—Oktober 2018. 

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakasa Antonius Marcos menjelaskan bahwa periode Oktober 2018 menjadi bulan yang bersahabat bagi perseroan. Pasalnya, volume penjualan mampu menembus 1,9 juta ton.

“Untuk year to date Oktober 2018, total penjualan kami sudah mencapai 15 juta ton lebih atau tumbuh kurang lebih 7% dibandingkan dengan tahun lalu,” ujarnya kepada Bisnis.com baru-baru ini.

Antonius berharap tren pertumbuhan terus terjaga berjalan meski terdapat kekhawatiran adanya hambatan dari rencana penerapan kebijakan over dimension and over loading (ODOL). Pihaknya berharap pemerintah dapat mengkaji ulang rencana penerapan kebijakan tersebut.

“Tentunya jika kebijakan itu jadi diterapkan akan berpengaruh terhadap industri semen yang baru mulai bertumbuh kembali,” jelasnya.

Di sisi lain, dia mengatakan emiten berkode saham INTP itu telah melakukan renegosiasi beberapa kontrak pasokan batu bara. Selain itu, perseroan juga mencari rekanan baru dengan harga yang lebih yang kompetitif.

“[Tujuannya] untuk meredam gejolak harga batu bara,” jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya mengatakan industri semen tengah mengalami tekanan akibat biaya batu bara yang naik 12%—15%, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta kenaikan harga kantong kertas semen. Oleh karena itu, kenaikan harga jual harus dilakukan.

Dia menyebut telah menaikkan harga jual 4%-7% bervariasi di berbagai daerah. Langkah tersebut sebagai kompensasi kenaikan sebagian biaya produksi.

Seperti diketahui, INTP mengantongi pendapatan Rp10,77 triliun pada kuartal III/2018. Jumlah tersebut naik 2,48% dari realisasi Rp10,51 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Akan tetapi, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi 14,61% pada periode tersebut. Tercatat, terjadi kenaikan dari Rp6,88 triliun menjadi Rp7,89 triliun.

Dengan demikian, laba bersih yang dibukukan tercatat tergerus 56,08% secara tahunan pada kuartal III/2018. Pencapaian Rp1,40 triliun pada kuartal III/2017 turun menjadi Rp617,69 miliar pada 30 September 2018.

Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Akhmad Nurcahyadi menilai pertumbuhan pendapatan dan laba bersih INTP pada kuartal III/2018 masih sejalan dengan ekspektasi. Namun, pertumbuhan laba bersih secara kuartalan belum dianggap sebagai sinyal perbaikan yang stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper