Bisnis.com, JAKARTA -- Pasar surat utang Indonesia mencetak pertumbuhan tertinggi sepanjang kuartal III/2018 sebesar 5,9% secara quarter-to-quarter (qtq) dan 13,9% year-on-year (yoy) hingga US$185 miliar, seiring dengan kenaikan penjualan surat utang.
Chief Economist Asian Development Bank (ADB) Yasuyuki Sawada menuturkan hal ini diikuti oleh kondisi pasar yang umumnya mencari imbal hasil lebih tinggi sehingga beberapa lelang surat utang sepi peminat pada kuartal sebelumnya.
"Imbal surat utang meningkat pada kuartal III/2018 sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang dilakukan untuk menjaga minat investor," ungkapnya dalam laporan Asia Bond Monitor, Rabu (21/11/2018).
Perlu diketahui, pasar surat utang Indonesia sangat sensitif terhadap pergerakan pasar global karena pangsa investor asing merupakan yang terbesar dalam surat utang pemerintah.
Berdasarkan Asia Bond Monitor, pasar surat utang pemerintah pada periode Juli-September 2018 meningkat 6,2% qtq dan 13,5% yoy menjadi US$157 miliar. Adapun pasar utang korporasi tumbuh 4,1% qtq dan 16,5% yoy menjadi US$28 miliar.
Dalam laporannya, ADB juga menggarisbawahi adanya risiko jangka pendek yang terus membayangi pasar surat utang negara berkembang di Asia Timur. Menurut Sawada, negara-negara ini harus mampu bertahan di tengah tantangan yang ada dengan tetap mengedepankan kewaspadaan para pengambil kebijakan.
Risiko jangka pendek ini antara lain risiko umum adanya pembalikan modal dari pasar negara berkembang, kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat dari perkiraan, dan meningkatnya ketegangan perdagangan global.
Selain itu, ADB mencatat kondisi pengetatan likuiditas memperburuk risiko melesatnya pertumbuhan utang swasta di kawasan itu dalam beberapa tahun terakhir. Sawada juga melihat adanya risiko depresiasi mata uang regional dan arus keluar modal yang menimbulkan risiko lebih lanjut terhadap stabilitas keuangan kawasan.
"Kekhawatiran terhadap pasar berkembang meningkat, tetapi Asia memiliki fundamental kuat yang dapat menarik investor kembali ke pasar utang di wilayah ini," paparnya.
Oleh karena itu, Sawada mengingatkan agar pengambil kebijakan tetap memperhatikan perkembangan yang terjadi dan memperkuat perlindungannya terhadap potensial guncangan.