Bisnis.com, JAKARTA – Dua indeks saham utama di Jepang tergelincir dan berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (9/11/2018), terbebani aksi jual saham teknologi di Amerika Serikat (AS) dan harga minyak mentah yang memasuki kondisi bearish.
Indeks Topix berakhir turun 0,49% atau 8,27 poin di level 1.672,98, setelah mampu rebound dan ditutup menguat 1,74% atau 28,82 poin di posisi 1.681,25 pada Kamis (8/11).
Berdasarkan data Bloomberg, dari 2.106 saham pada indeks Topix, 1.046 saham di antaranya menguat, 967 saham melemah, dan 93 saham stagnan.
Saham FANUC Corp. dan Recruit Holdings Co. Ltd. yang masing-masing turun 4,79% dan 3,95% menjadi penekan utama atas pelemahan Topix pada akhir perdagangan hari ini.
Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 ditutup melorot 1,05% atau 236,67 poin di level 22.250,25, setelah mampu rebound dan berakhir menguat 1,82% atau 401,12 poin di posisi 22.486,92.
Sebanyak 100 saham menguat, 118 saham melemah, dan 7 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei. Saham FANUC Corp. (-4,79%) dan Fast Retailing Co. Ltd. (-1,28%) menekan pergerakan indeks Nikkei 225 hari ini.
Baca Juga
Turut membebani bursa saham Jepang, nilai tukar yen terpantau menguat 0,26 poin atau 0,23% ke level 113,81 yen per dolar AS pada pukul 15.08 WIB. Penguatan nilai tukar yen terhadap dolar AS diketahui dapat berdampak pada prospek laba eksportir.
Dilansir Bloomberg, saham perusahaan teknologi seperti FANUC Corp. menjadi penekan terbesar terhadap bursa saham Jepang, bersama dengan saham energi, setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mengakhiri pergerakannya di teritori negatif pada Kamis (8/11).
Seperti yang telah diperkirakan, bank sentral AS Federal Reserve mempertahankan suku bunganya dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir Kamis (8/11) waktu setempat. Namun, The Fed juga tetap di jalur untuk melakukan pengetatan biaya pinjaman secara bertahap.
“Kekhawatiran mengenai prospek ekonomi AS dan kinerja keuangan korporasi belum jelas saat The Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga dan kemungkinan bahwa Presiden Trump akan terus mengambil sikap kebijakan bergaris keras,” ujar Masahiro Ayukai, pakar investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities Co. di Tokyo.
“Perusahaan-perusahaan Jepang telah merevisi kinerja keuangan mereka akibat perlambatan di China.”