Bisnis.com, JAKARTA — Panen kedelai dan jagung di Amerika Serikat masih terkendala cuaca sehingga pasokan tersendat hingga mendorong pergerakan harga kedua komoditas itu di pasar berjangka.
Kepala Iowa Corn Growers Association Mark Recker menyebutkan bahwa musim hujan pada tahun ini berjalan cukup panjang dan terjadi terus-menerus sehingga menghambat petani untuk panen.
Ramalan hujan di sejumlah area juga membuat petani untuk bahan pangan tersebut tidak bisa meladang selama beberapa hari. “Hujannya sangat lebat. Belum sempat kering sudah hujan lagi,” kata Recker, dikutip dari Bloomberg, Minggu (7/10/2018).
John Dee, pengusaha pertanian Global Weather Monitoring di Mohawk, AS, mengatakan bahwa sejumlah ladang pertanian lainnya juga mengalami kebanjiran karena musim hujan yang diramalkan terus berlangsung hingga sepanjang pekan.
Menurut dia berdasarkan ramalan cuaca, hujan terbesar diperkirakan terjadi hingga akhir pekan di Kansas, Iowa, Wisconsin, Missouri, dan Illnois.
Sejauh ini, kata Dee, panen pertanian masih cukup bagus, bahkan jumlahnya mengalami pertumbuhan di sejumlah wilayah. Namun, musim hujan di seluruh wilayah pertanian kedelai dan jagung membuat produksi komoditas tersebut di AS menjadi bermasalah.
“Musim hujan akan segera datang di wilayah perkebunan AS dan akan membuat panen jagung, kedelai, dan juga gandum normal menjadi di bawah rata-rata,” ujar Arlan Suderman, Kepala Ekonom Komoditas di INTL FCStone.
Keterlambatan panen tersebut cukup berpengaruh dalam mendorong harga komoditas biji-bijian di AS. Jagung di Chicago Board of Trade mengalami kenaikan harga 0,75 poin atau 0,20% menjadi US$368,25 sen per bushel dan mencatat kenaikan 4,99% secara year-to-date (ytd).
Kemudian, harga gandum mengalami kenaikan 3 poin atau 0,58% menjadi US$521 sen per bushel dan naik 22,01%. Selanjutnya, kedelai tercatat naik tertinggi hingga9,75 poin atau 1,13% menjadi US$869 sen per bushel dan turun 8,69%.