Bisnis.com, JAKARTA – Emiten petrokimia terintegrasi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. memprediksi kinerja perseroan pada semester II/2018 akan lebih positif setelah pada paruh pertama tahun ini membukukan penurunan laba bersih hingga 33,7% dibandingkan semester I/2017.
Sekretaris Perusahaan Chandra Asri Petrochemical Suryandy menyampaikan meski harga minyak terus meningkat dan menyebabkan harga bahan baku meningkat, kinerja industri petrokimia nasional akan ditopang oleh kenaikan permintaan dari pasar domestik.
“Pada semester II/2018, pendapatan perseroan akan lebih baik karena demand masih besar. Selain itu, pabrik butadiene kami sudah berjalan full pada semester II/2018 ini. Perseroan juga menjaga operasional pabrik di atas 90%,” jelas Suryandy di Jakarta, Kamis (6/9/2018).
Selama 1 Maret –2 Juni 2018, perseroan memang sempat melakukan shutdown untuk pabrik butadiene yang sudah harus di-maintenance sehingga dapat beroperasi secara maksimal sebelum menemui siklus perawatan berikutnya yaitu 4 tahun lagi.
Pemberhentian sementara pabrik butadiene tersebut membuat perusahaan harus menghentikan penjualan. Akibatnya, potensi pendapatan perseroan pun menurun karena tidak dapat menangkap pasar butadiene yang saat ini harganya justru sedang meningkat.
Berdasarkan catatan perusahaan, harga jual butadiene terus mengalami kenaikan dari US$1.314 per metrik ton pada kuartal I/2017, menjadi US$1.533 per metrik ton pada kuartal II/2018. Harga jual butadiene meningkat di tengah pasokan yang ketat dan produksi yang lebih rendah di Amerika Serikat.
Menurut Suryandi, dengan kenaikan kapasitas butadiene sebesar 37% menjadi 137.000 ton per tahun, emiten dengan sandi TPIA tersebut baru dapat memenuhi 30% dari total kebutuhan market.