Bisnis.com, JAKARTA - Penawaran umum perdana saham alias initial public offering anak usaha PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) yakni PT Rumah Sakit Pelni akan dilakukan pada kuartal terakhir tahun ini.
Jadwal tersebut mundur karena sebelumnya perseroan berencana melakukan pencatatan saham perdana di pasar modal pada kuartal ketiga tahun ini. Belum maksimalnya pemulihan market menjadi alasan perseroan.
"IPO digeser tapi masih tetap tahun ini. Kemungkinan pada kuartal IV/2018 akan dilaksanakan," kata Adiyasa Suhadibroto, Presiden Direktur PT BNI Sekuritas selaku underwriter IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (2/8/2018).
Menurutnya, saat ini market masih tersandera dengan ketidakpastian yang terjadi di eksternal, terutama tekanan dari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS). Adiyasa khawatir, jika IPO dipaksakan, maka minat investor akan kecil.
Tak hanya rumah sakit Pelni, kata dia, mayoritas perusahaan juga tengah berpikir ulang untuk menentukan timing untuk melantai di bursa. "Masih wait and see semua karena kondisi market seperti ini," ujarnya.
Rumah Sakit Pelni merupakan spesialis pasien BPJS Kesehatan dengan porsi hingga 86% dari total kunjungan pasien. Tercatat, pada 1 Januari 2014, Rumah Sakit Pelni resmi menjadi rumah sakit milik BUMN pertama yang melayani perserta BPJS sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang Jaminan Kesehatan Nasional.
Perseroan telah mengantongi izin dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melantai di pasar modal. Saat ini, tengah dilakukan proses penilaian oleh underwriter atau penjamin emisi. Adapun target serapan dana dari IPO ini adalah Rp1 triliun.
Direktur Utama Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Insan Purwarisya L. Tobing sebelumnya mengatakan dana yang didapat akan digunakan untuk membangun gedung baru Rumah Sakit Pelni. Alasannya, jumlah pasien BPJS Kesehatan yang dilayani semakin banyak yakni mencapai 2.000 pasien per hari.