Bisnis.com, JAKARTA--PT Kalbe Farma Tbk. mewaspadai peningkatan biaya produksi akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang berimbas pada kenaikan biaya bahan baku farmasi dari luar negeri.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menjelaskan bahwa kinerja penjualan perseroan masih di bawah target pada kuartal I/2018. Hal itu akibat kondisi konsumsi pasar yang belum pulih ditambah dengan pelemahan rupiah beberapa waktu terakhir.
Vidjongtius mengatakan pelemahan Rupiah mengakibatkan biaya produksi perseroan naik. Pasalnya, emiten berkode saham KLBF itu masih mengandalkan bahan baku dari impor.
Kendati demikian, dia mengaku optimistis penjualan bakal terkerek pada kuartal II/2018. Apalagi, dalam waktu dekat akan memasuki periode Ramadan dan Lebaran 2018.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2018, Kalbe Farma membukukan pendapatan Rp5,01 triliun. Pencapaian tersebut hanya tumbuh 2,38% secara tahunan Rp4,89 triliun.
Kendati demikian, beban pokok penjualan KLBF naik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan. Tercatat, beban pokok penjualan naik 3,98% secara tahunan menjadi Rp2,58 triliun miliar pada kuartal I/2018.
Baca Juga
Dari situ, KLBF meraup laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk Rp589,43 miliar. Jumlah itu hanya naik 0,2% dibandingkan dengan periode sebelumnya Rp588,25 miliar.
Pada penutupan perdagangan Selasa (8/5), nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp14.052 per dolar AS atau melemah 3,64% sepanjang tahun berjalan.