Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Biaya Produksi Kalbe Farma (KLBF) Berisiko Naik

PT Kalbe Farma Tbk. mewaspadai peningkatan biaya produksi akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang berimbas pada kenaikan biaya bahan baku farmasi dari luar negeri.
Presiden Joko Widodo (kiri) mendengarkan penjelasan Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius ketika meninjau fasilitas produksi di sela-sela peresmian pabrik PT Kalbio Global Medika, di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (27/2/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (kiri) mendengarkan penjelasan Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius ketika meninjau fasilitas produksi di sela-sela peresmian pabrik PT Kalbio Global Medika, di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (27/2/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA--PT Kalbe Farma Tbk. mewaspadai peningkatan biaya produksi akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang berimbas pada kenaikan biaya bahan baku farmasi dari luar negeri.

Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menjelaskan bahwa kinerja penjualan perseroan masih di bawah target pada kuartal I/2018. Hal itu akibat kondisi konsumsi pasar yang belum pulih ditambah dengan pelemahan rupiah beberapa waktu terakhir.

Vidjongtius mengatakan pelemahan Rupiah mengakibatkan biaya produksi perseroan naik. Pasalnya, emiten berkode saham KLBF itu masih mengandalkan bahan baku dari impor.

Kendati demikian, dia mengaku optimistis penjualan bakal terkerek pada kuartal II/2018. Apalagi, dalam waktu dekat akan memasuki periode Ramadan dan Lebaran 2018.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2018, Kalbe Farma membukukan pendapatan Rp5,01 triliun. Pencapaian tersebut hanya tumbuh 2,38% secara tahunan Rp4,89 triliun.

Kendati demikian, beban pokok penjualan KLBF naik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan. Tercatat, beban pokok penjualan naik 3,98% secara tahunan menjadi Rp2,58 triliun miliar pada kuartal I/2018.

Dari situ, KLBF meraup laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk Rp589,43 miliar. Jumlah itu hanya naik 0,2% dibandingkan dengan periode sebelumnya Rp588,25 miliar.

Pada penutupan perdagangan Selasa (8/5), nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp14.052 per dolar AS atau melemah 3,64% sepanjang tahun berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper