Bisnis.com, JAKARTA– Harga perdagangan gula semakin merosot di tengah proyeksi surplus pasokan pada musim 2017/2018 yang tidak diimbangi dengan penguatan permintaan.
Aakashi Doshi, analis Citigroup Inc. yang berbasis di New York dalam laporan terbaru memproyeksikan bahwa surplus pasokan global akan mencapai 11,1 juta ton pada musim 2017/2018.
Perhitunganmusim dimulai pada Oktober dan berakhir pada September di tahun berikutnya. Artinya, awal musim berada di kuartal keempat di setiap tahunnya.
Investment Bank tersebut menaikkan outlook sekitar 2,8% dari proyeksi sebelumnya pada Februari 2018 dengan alasan adanya kenaikan produksi di Asia, seperti India dan Thailand.
“Kelebihan tersebut cukup besar dan hampir memenuhi permintaan setahun penuh di Amerika Serikat,” kata Doshi.
Donald Selkin, kepala analis pasar utama New York Newbridge Securities menuturkan bahwa kondisi kelebihan pasokan akan berimbas serius pada harga dengan potensi penekanan cukup besar.
“Mengingat fundamental saat ini, harga tidak akan kembali membaik,” katanya.
Selkin mengatakan, pelemahan harga kontrak bakal terjadi apabila tidak ada perubahan besar dalam tingkat permintaan.
Di samping itu, kondisi cuaca yang mendukung dalam proses penanaman pangan akan mendorong produksi dan memicu kelebihan pasokan terus berlanjut.
Terpantau, harga gula secara year to date telah melemah hingga 17% dari level penutupan sebesar US$15,16 sen per pon pada 29 Desember 2017.
Pada penutupan perdagangan Jumat (16/3), harga kontrak teraktif Mei 2018 di ICE New York turun 0,09 poin atau 0,71% menjadi US$12,65 sen per pon.