Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China & Jepang Bereaksi terhadap Obligasi, Dolar AS Berisiko

Dolar AS tercatat telah tergelincir selama setahun terakhir dengan diperparah oleh ancaman perang dagang barubaru ini yang menghidupkan kembali kekhawatiran bahwa greenback sebagai mata uang cadangan global utama mengalami risiko.
Dollar AS./.Reuters
Dollar AS./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar AS tercatat telah tergelincir selama setahun terakhir dengan diperparah oleh ancaman perang dagang baru—baru ini yang menghidupkan kembali kekhawatiran bahwa greenback sebagai mata uang cadangan global utama mengalami risiko.

Risiko tersebut dapat dilihat dari kondisi dua kreditur AS terbesar dunia, yaitu China dan Jepang yang telah mendinginkan kepemilikan obligasi pemerintah Amerika Serikat.

Dilansir dari Reuters, Administrasi Valuta Asing China (SAFE) mengatakan telah melakukan diversifikasi investasi valuta asing (valas).

Bulan lalu, cadangan FX China jatuh untuk pertama kalinya dalam 13 bulan menjadi US$3,134 tirliun, mundur dari level tertinggi sejak September 2016 yang dicapai pada Januari.

Sementara itu, kepemilikan terhadap treasury AS telah berhenti setelah mencapai US$1,2 triliun pada Agustus.

Adapun, Jepang, pemilik obligasi pemerintah AS terbesar kedua mengatakan bahwa cadangan mata uangnya naik hingga US$1,269 triliun pada Januari. Kepemilikan treasury turun menjadi US$1,062 tirliun, terendah sejak Desember 2011.

IMF menuturkan, porsi alokasi cadangan yang dimiliki oleh pemerintah asing dalam dolar AS telah menurun dalam beberapa kuartal terakhir.

Berdasarkan data IMF, di dalam total cadangan FX yang meningkat, pangsa dolar mereka turun untuk kuartal ketiga berturut-turut pada musim gugur 2017 menjadi 63,5%, terkecil sejak pertengahan 2014. Sementara itu, cadangan saham euro dan pound sterling justru semakin tinggi.

“Ini lebih cocok bagi bank sentral untuk beralih ke euro dan sterling karena likuiditas mereka relatif tinggi,” kata Paresh Upadhyaya, Direktur Strategi Mata Uang di Amundi Pioneer Investments di Boston.

Kendati demikian, Upadhyaya menuturkan, kilau dolar AS yang hilang sejak awal 2017 tidak dalam bahaya untuk digeser sebagai mata uang cadagan utama dunia dalam waktu dekat ini.

Upadhyaya tidak yakin bahwa dolar kembali mengalami penurunan struktural.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper