Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Posisi Dolar Menguat, Harga Emas Tertekan

Pergerakan harga emas melemah akibat tertekan oleh penguatan dolar AS pascarilis risalah rapat kebijakan The Federal Reserve.
Ilustrasi harga emas turun/Antara
Ilustrasi harga emas turun/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga emas melemah akibat tertekan oleh penguatan dolar AS pascarilis risalah rapat kebijakan The Federal Reserve.

Terpantau, pada perdagangan Kamis (4/1) pukul 09.35 WIB, harga emas Comex untuk pengiriman Februari 2018 melemah 9,90 poin atau 0,75% menjadi US$1.308,60 per troy ounce. Harga mulai melemah pada Rabu (3/1) di level US$1.318,50 per troy ounce.

Adapun harga emas spot turun 5,60 poin atau 0,83% menuju US$1.307,61 per troy ounce. Pada perdagangan sebelumnya, harga telah terkoreksi hingga ke level US$1.316,22 per troy ounce.

Pada waktu yang sama, Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,032 poin atau 0,03% menjadi 92,194. Indeks dolar AS mulai bangkit paska rilis risalah FOMC pada Rabu (3/1) dengan ditutup menguat di level US$92,194.

Dolar AS mampu menguat paska rilis risalah The Federal Reserve sebagai hasil dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 12—13 Desember lalu.

Rilis risalah tersebut menunjukkan penguatan yang solid pada pasar tenaga kerja AS dan ekspansi dalam aktivitas ekonomi. Hal ini mendorong The Fed terus melakukan pendekatan bertahap dalam menaikkan suku bunga dan juga dapat mempercepat lajunya jika inflasi meningkat.

“Pemangkasan pajak dipandang sangat bermanfaat bagi ekonomi, PBD yang lebih tinggi dan belanja konsumen yang lebih tinggi akan merealisasikan kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih banyak. Hal ini akan memberi tekanan pada emas,” kata Bob Haberkorn, Senior Market Strategist RJO Futures di Chicago, seperti dilansir Reuters, Kamis (4/1/2018).

Pergerakan emas sangat sensistif terhadap tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan opportunity cost kepemilikan aset tidak berimbal hasil serta mendorong pergerakan dolar naik.

Akibat lebih lanjut, harga komoditas dalam nilai greenback menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga dapat menyusutkan permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper