Bisnis.com, JAKARTA – PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) bakal melakukan penawaran umum terbatas II dengan target dana mencapai US$1 miliar yang mayoritas akan digunakan sebagai pendanaan akuisisi Star Energy Group Holdings Pte Ltd.
Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk. Agus Salim Pangestu mengungkapkan kebutuhan dana untuk akuisisi Star Energy diperkirakan memiliki nilai sekitar US$700 juta hingga US$800 juta. “Kalau soal investasi di Star Energy itu [dananya] murni dari rights issue,” katanya dalam paparan publik, Rabu (13/12/2017).
Dalam rencana rights issue tersebut, perseroan menargetkan bisa meraup dana hingga US$1 miliar. Selain untuk akuisisi, sisa dana nantinya juga akan dialokasikan untuk working capital seperti penyertaan modal dalam proyek PLTU Jawa 9 dan Jawa 10.
“Target closing transaksi usai rights issue. Sebelum akhir Maret 2017,” katanya.
Perseroan berencana menerbitkan 5,6 miliar saham dengan target dana sebanyak-banyaknya US$1 miliar. Rencananya, perseroan akan menggunakan alokasi dana dari rights issue tersebut untuk mengakuisisi 66,67% saham di dalam Star Energy Group Holdings Pte Ltd dengan harga sekitar US$755 juta. Selain itu dana, juga akan digunakan untuk modal kerja.
Untuk memperlancar aksi ini, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan akan dilaksanakan pada 22 Januari 2018
Dia menambahkan dengan masuknya Star Energy ke dalam Grup Barito, perseroan juga ingin memfokuskan Star Energy sebagai lini bisnis untuk menangkap peluang-peluang bisnis di subsektor energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) maupun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Menurutnya, pemilihan Star Energy untuk menggenjot bisnis pembangkit dari sumber energi terbarukan bukan tanpa sebab. Dia mengungkapkan investasi di bidang energi terbarukan memiliki sumber pendanaan tersendiri. Hal ini telah dibuktikan ketika Star Energy mengakuisisi aset panas bumi Chevron dan sukses meraup dana hampir US$2 miliar dalam waktu enam bulan.
Agus menilai kedua potensi PLTB dan PLTS tersebut saat ini teknologi sudah maju dan proyek sangat feasible. Kendati, perseroan juga berharap, Star Energy bisa memperbesar peluang untuk menggenjot pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Dia menargetkan pada 2022 kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) harus mencapai 1,2 gigawatt dari posisi saat ini sebesar 875 megawatt, atau bertumbuh 37,14% dalam lima tahun ke depan.