Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi menegangnya geopoolitik di semenanjung Korea mampu mengangkat harga emas menuju ke level US$1.266 per troy ounce.
Pada perdagangan Kamis (7/12/2017) pukul 10.20 WIB, harga emas Comex kontrak pengiriman Februari 2018 turun 0,10 poin atau 0,01% menuju US$1.266 per troy ounce. Sementara harga emas spot kontrak pengiriman Maret 2018 menguat 0,36 poin atau 0,03% menjadi US$1.263,73 per troy ounce.
Harga emas mampu naik ke level US$1.266 per troy ounce setelah pada sesi perdagangan sebelumnya berakhir turun ke level terendah empat bulan karena indeks dolar AS yang terus menguat.
Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya mengatakan, harga emas mampu menguat ke level US$1.266 per troy ounce di tengah meningkatnya risiko politik yang terjadi di semenanjung Korea.
Berdasarkan info dari Yonhap, sebuah media terbesar di Korea Selatan, melaporkan bahwa pesawat bom B1 milik AS merencanakan penerbangannya ke semenanjung Korea pada Rabu depan sebagai bagian latihan militer tahunan.
Latihan tersebut akan berlangsung selama seminggu pasca Korea Utara menguji rudal ICBM nya dan memperingatkan bahwa latihan dapat memicu semenanjung Korea ke ‘ambang perang nuklir’. Upaya AS tersebut dapat mengundang kemarahan dari Pyongyang.
Baca Juga
Kondisi panasnya geopolitik biasanya akan membuat investor beralih ke aset aman (safe haven), seperti emas. Sehingga berita panasnya geopolitik tersebut memicu menguatnya harga emas.
Namun di samping itu, terdapat sentimen negatif yang dapat menekan harga emas saat ini, yaitu katalis yang berasal dari rilis data ADP Non Farm AS.
Dalam catatan ADP, Non Farm AS periode November tumbuh hingga 190.000 jiwa, lebih tinggi dari ekspektasi pelaku pasar sebesar 189.000 jiwa.
Asia Trade Point Futures (ATPF) mengatakan, data itu menjadi katalis bagi melemahnya harga logam mulia ini.
“Tingginya optimisme pelaku pasar terhadap kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunganya pada pekan depan akan ikut memudarkan kilau emas,” kata ATPF dalam publikasi risetnya, Kamis (7/12).