Bisnis.com, JAKARTA – Produksi kedelai Amerika Serikat diproyeksikan bakal meningkat ke level tertinggi pada musim 2018/2019 mencapai 4,36 miliar bushel.
U.S. Department of Agriculture (USDA) mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa penanaman kedelai AS akan mencapai rekor tingginya pada musim 2018/2019.
Sebagai informasi, AS merupakan produsen kedelai terbesar di dunia yang menyumbang lebih dari sepertiga produksi global.
Office of The Chief Economist USDA memperkirakan produksi kedelai pada musim 2018/2019 mencapai 4,36 miliar bushel dengan yield 48,4 bushel per hektare. Petani akan menanam kedelai pada 91 juta hektare pada musim semi, naik 800.000 hektare dibandingkan penanaman kedelai pada 2017 sebanyak 90,2 juta hektare.
Pemerintah AS memproyeksikan penanaman gabungan delapan tanaman utama AS pada 2018 mencapai 253,7 juta hektare, naik 1,4 juta hektare dari tahun sebelumnya seluas 252,3 juta hektare.
Petani AS tahun depan cenderung menanam kedelai dengan rekor penambahan luasan lahan dan juga akan meningkatkan area yang dikhususkan untuk sebagian besar hasil panen utama lainnya.
Jika perkiraan itu mendapatkan dukungan, maka satu tahun ke depan persediaan pasokan diperkirakan dapat mendukung ketersediaan biji-bijian untuk pasar global yang diketahui telah mendesak harga kedelai mengalami depresiasi selama bertahun-tahun.
Terpantau, harga kedelai pada perdagangan Senin (4/12) pukul 17.00 WIB menguat 0,13 poin atau 1,26% menembus level US$1.007 per bushel.
Secara year to date (ytd), harga menguat 1,03%. Perdagangan kedelai sudah anjlok dari level US$1.000 sejak 16 Oktober 2017 pada level US$1.001 per bushel.
Rich Feltes, Vice President Research di R.J. O’Brien mengatakan bahwa selama beroperasi di atas biaya variabel produksi, petani tidak akan mengesampingkan lahan. “Mereka [petani] akan memenuhi lahan pada tahun depan,” kata Feltes.
Perkiraan tersebut dikembangkan oleh konsensus USDA dalam skenario jangka panjang untuk sektor pertanian persiapan dekade berikutnya. Pemerintah akan merilis laporan lengkap mengenai proyeksi untuk 10 tahun ke depan pada Februari mendatang.
Dilansir Bloomberg, perkiraan USDA tersebut mengandalkan asumsi pada kondisi makroekonomi, cuaca, dan perkembangan internasional tanpa dipengarughi faktor eksternal dan domestik terhadap pasar pertanian global.
World Bank memperkirakan PDB global akan bergerak meningkat dari 2,7% pada 2017 menjadi 2,9% pada 2018–2019. Faktor-faktor yang mendorong tercapainya target pertumbuhan di tahun depan salah satunya ada kemungkinan rebound harga komoditas, termasuk komoditas perkebunan.
Di samping itu, USDA juga memperkirakan penanaman gandum musim 2018/2019 sebanyak 45 juta hektare, turun dari musim sebelumnya sebesar 46 juta hektare. Proyeksi penanaman kapas dataran tinggi mencapai 11,2 juta hektare, turun dari musim 2017/2018 sebesar 12,4 juta hektare.
Sementara itu, pemerintah memproyeksikan penanaman jagung pada musim 2018/2019 lebih banyak untuk memasok persediaan. Tercatat stok jagung akhir tahun akan diperketat hingga 376 juta gantang, turun dari musim 2017/2018 sebesar 425 juta gantang.