Harga penawaran itu akan disampaikan kepada investor di Jakarta, Kuala Lumpur, Hong Kong dan Singapura dalam masa penawaran awal (bookbuilding) yang berlangsung sejak Selasa (28/11) hingga Selasa (5/12).
Jasa Armada Indonesia akan menawarkan saham baru sebanyak 1,74 miliar lembar atau sebanyak-banyaknnya 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Apabila harga perdana ditetapkan di batas atas, Jasa Armada Indonesia dapat mengantongi dana segar dari hasil penawaran umum perdana saham itu sebesar Rp923 miliar, namun apabila di batas bawah hanya sebesar Rp567 miliar.
Jasa Armada Indonesia menjadi anak usaha BUMN keempat yang melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) sepanjang 2017 setelah PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk., PT PP Presisi Tbk., dan PT Wijaya Karya Gedung Tbk.
Sebagai pengingat, Wika Gedung menetapkan harga perdana Rp290 atau batas bawah dari harga penawaran Rp290-Rp456, PP Presisi menetapkan Rp430 (dari penawaran Rp430-550) dan GMF menetapkan Rp400 (dari penawaran Rp390-Rp510).
Direktur Utama Jasa Armada Indonesia Dawam Atmosudiro mengatakan pihaknya optimis harga saham perdana perseroan tidak di batas kiri melainkan batas kanan. “Kalau lihat prospektus, bisa tahu kalau background kami beda,” kata Dawam dalam konferensi pers.
Menurutnya, perusahaan merupakan perusahaan yang unik. Perusahaan ini bergerak di bidang pemanduan dan penundaan kapal, suatu bidang yang tidak dibanyak dikerjakan oleh perusahaan swasta.
Jasa Armada Indonesia menyatakan memiliki sejumlah keunggulan seperti hambatan bagi pesaing untuk masuk ke usaha sejenis (entry barrier) karena kegiatan pemanduan adalah kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada BUMN, BUMD atau anak usaha BUMN.
Pada saat ini, menurut manajemen Jasa Armada Indonesia, pemerintah hanya memberi pelimpahan pemanduan kepada Pelindo I hingga IV, Jasa Armada Indonesia, BUMD Provinsi Banten dan anak usaha PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
Dawam mengatakan perseroan memiliki pasar di 12 pelabuhan yang dikelola oleh induk usahanya, Pelindo II. Di masa mendatang, Dawam mengatakan perusahaan akan memperluas kegiatan usahanya di luar kawasan pelabuhan milik Pelindo II.
Menurutnya, perusahaan menargetkan marjin laba sebesar 19% pada 2018. Dawam mengklaim marjin laba setinggi itu sudah relatif tinggi di kalangan perusahaan terbuka. Kendati demikian, Dawam belum bersedia mengungkapkan target kinerja keuangan perusahaan pada 2018.
Dawan mengatakan Jasa Armada Indonesia menargetkan dapat menambah 15-16 unit kapal dimana 1 unit kapal seharga Rp61 miliar-Rp65 miliar dalam waktu 2 tahun mendatang. Penambahan unit kapal itu merupakan salah satu ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan memperkirakan tanggal efektif penawaran umum perdana saham (IPO) itu diperoleh pada 13 Desember, masa penawaran umum perdana saham pada 15-18 Desember, penjatahan 20 Desember, distribusi saham secara elektronik dan pengembalian uang pesanan 21 Desember dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 22 Desember 2017.
Dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham itu setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, akan digunakan untuk belanja modal dalam rangka pengembangan usaha yang meliputi pembelian kapal tunda untuk menunjang kegiatan jasa pelayanan kapal serta untuk modal kerja yang utamanya untuk menopang ekspansi seperti kegiatan perawatan kapal, kas untuk menunjang kegiatan jasa pelayanan kapal, gaji karyawan dan biaya overhead perseroan.
Untuk belanja modal, Jasa Armada Indonesia mengalokasikan sekitar 90% dari dana hasil IPO sedangkan untuk modal kerja sekitar 10%. Seperti diketahui, Jasa Armada Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa penyelenggaraan dan pengusahaan jasa kapal, penumpang, barang dan kegiatan jasa terkait dengan kepelabuhanan.
Di tempat yang sama, Managing Director Danareksa Sekuritas Boumediene Sihombing mengatakan rentang harga yang ditawarkan kepada investor sebenarnya menjadi salah satu daya tarik tersendiri.
“Untuk mereka yang ingin coba menambah portofolio di perusahaan terkait infrastruktur. Ini kan infrastruktur kelautan, yang kemarin-kemarin (anak usaha IPO BUMN sebelumnya) infrastruktur darat seperti construction, toll road. Ini (infrastruktur kelautan) belum ada. Ini jadi pilihan lain buat investor yang minat ke infrastruktur kelautan,” katanya.