Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia semakin menanjak seiring dengan dukungan para produsen untuk memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi dalam upaya mengatasi kelebihan pasokan global. Kenaikan harga juga didorong dari melemahnya dolar AS.
Pada perdangan Senin (30/10) pukul 07.40 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2017 menguat 0,15 poin atau 0,28% menuju US$54,05 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Desember 2017 naik 0,15 poin atau 0,25% menjadi US$60,59 per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak mentah dunia telah melayang mendekati level tertinggi untuk tahun ini di tengah tanda-tanda adanya penguatan pasar lantaran dukungan perpanjangan pemotongan produksi serta ketegangan di Irak.
Organization of the Petroleum Export Countries (OPEC) dan produsen utama lainnya termasuk Rusia telah berjanji mengurangi produksi 1,8 juta barel per hari untuk menguras kelebihan pasokan global hingga Maret 2018 dan adanya wacana perpanjangan kesepakatan hingga akhir 2018. Pertemuan mengenai kebijakan ini akan diadakan pada 30 November mendatang.
“Jika OPEC dan mitra non OPEC setuju untuk memperpanjang pengurangan produksi mereka sampai 2018, maka kami memperkirakan minyak akan tetap dalam persediaan rendah sampai 2019,” kata Bank Investasi Pemerintah AS Jefferies seperti dilansir Reuters, Senin (30/10)
Sementara itu, dolar AS melemah menyusul laporan Bloomberg bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump condong ke arah Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell sebagai pilihannya untuk memimpin Bank Sentral AS.
Tercatat indeks dolar AS pada waktu yang sama mengalami perlemahan 0,04 poin atau 0,04% menjadi 94,867.
Melemahnya dolar AS membuat komoditas dalam mata uang dolar, termasuk minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.