Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah mengalami penguatan lantaran pelaku pasar fokus pada komentar Pangeran Mahkota Arab Saudi yang berkomitmen melakukan perpanjangan pemangkasan produksi minyak hingga akhir 2018 mendatang.
Pada perdagangan Jumat (27/10) pukul 09.27 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,01 poin atau 0,02% menuju US$52,65 per barel. Sepanjang tahun harga melemah 1,95%.
Adapun minyak Brent naik 0,04 poin atau 0,07% menjadi US$59,34. Sementara sepanjang tahun harga menguat 4,51%.
Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman berkomentar pada Kamis bahwa Arab akan berkomitmen untuk bekerjasama dengan semua produsen negara-negara Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan non OPEC.
Negara OPEC ditambah Rusia dan sembilan produsen lainnya telah memangkas output minyak sekitar 1,8 juta barel per hari sejak Januari dan akan berakhir pada Maret 2018.
“Ketika pasangan Mohammed bin Salman bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, anda harus menyadari bahwa kita memiliki dua produsen minyak terbesar yang pada dasarnya menaruh harapan pada perpanjangan pemangkasan produksi sampai akhir 2018,” kata Manajer Portofolio Penasihat Modal Tortoise Rob Thummel, seperti dilansir Reuters, Jumat (27/10).
Abhishek Kumar, analis energi senior di Global Gas Analytics Interfax Energy di London menuturkan bahwa harga volatilitas di pasar minyak diperkirakan akan terus berlanjut menjelang pertemuan OPEC pada 30 November 2017 mendatang.
“Namun, pasar juga memperhatikan kenaikan produksi minyak di Amerika Serikat yang terus melakukan ekspor dalam jumlah tinggi,” tutur Kumar.
Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa produksi minyak mentah AS naik 1,1 juta barel per hari pada pekan lalu menjadi 9,5 juta barel per hari setelah sebelumnya menurun karena badai Nate. Sementara ekspor minyak AS mencapai rekor baru rata-rata empat minggu sebesar 1,7 juta barel per hari.