Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indofarma (INAF) Bidik Kenaikan Laba 4 Kali Lipat

Emiten farmasi pelat merah PT Indofarma (Persero) Tbk. tahun depan menargetkan pertumbuhan penjualan mencapai 24% lebih dengan laba bersih naik minimal hampir empat kali lipat dibandingkan dengan realisasi tahun ini
Distribusi produk Indofarma. /Bisnis.com
Distribusi produk Indofarma. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Emiten farmasi pelat merah PT Indofarma (Persero) Tbk. tahun depan menargetkan pertumbuhan penjualan mencapai 24% lebih dengan laba bersih naik minimal hampir empat kali lipat dibandingkan dengan realisasi tahun ini.

Arief Budiman, Direktur Utama Indofarma, mengatakan hingga tutup tahun ini pihaknya optimistis membukukan penjualan mencapai Rp1,7 triliun dengan laba bersih sekitar Rp7,8 miliar. Hingga kuartal III/2016 lalu perseroan memukukan penjualan Rp868,6 miliar dengan rugi bersih Rp30,4 miliar.

Adapun pada 2017 pihaknya membidik penjualan hingga Rp2,11 triliun dengan laba bersih minimal Rp30 miliar. Dia mengklaim optimisme pihaknya dapat merealisasikan pertumbuhan pada 2017 karena didukung beberapa faktor.

Pertama, perseroan bersandi INAF itu telah merampungkan fasilitas produksi obat herbal. Kedua, perseroan telah menyelesaikan pembangunan fasilitas laboratorium mikrobiologi. Ketiga, fasilitas steril non cephalosporin direncanakan pada Mei 2017, serta penambahan minimal tiga cabang distribusi.

“Hal itu akan mendorong kinerja kami tahun depan. Sebelum fasilitas itu rampung kami titip produksi ke pabrik obat lain yang menambah biaya sehiggga marjin berkurang, jadi target laba bersih Rp30 tahun depan itu masih kecil saya yakin bisa lebih, ” katanya, Selasa (27/12/2016), seusai paparan publik perseroan.

Dalam kesempatan yang sama, Yasser Arafat, Corporate Secretary INAF menyebut untuk merealisasikan target tersebut pihaknya berharap pasar cukup stabil dengan tidak ada lonjakan harga bahan baku. Menurutnya, saat ini harga bahan baku sudah tinggi karena 98% harus diimpor.

“Kami itu 80% lebih produknya adalah produk generik dengan marjin yang kecil. Saat harga bahan baku stabil itu sangat membantu,” ujarnya.

Di sisi lain, proyeksi penjualan dan laba bersih perseroan hingga tahun ini berakhir lebih rendah dari target awal. Pada awal 2016 perseroan menargetkan pendapatan mencapai Rp2 triliun dengan laba sekitar Rp34 miliar.

Perseroan tidak dapat merealisasikan target awal tersebut karena pemerintah memotong anggaran belanja kesehatan melalui Inpres No. 4 tahun 2016 tentang langkah-langkah penghematan dan pemotongan belanja Kementerian. Perseroan diperkirakan kehilangan tender dari pemerintah mencapai Rp450 miliar dengan asumsi potensi laba bersih sekitar Rp20 miliar.

Sementara itu, untuk mendorong roda bisnis ke depan, perseroan menganggarkan belanja modal mencapai Rp120 miliar pada 2017. Dana yang berasal dari pinjaman bank itu sebagian besar akan digunakan untuk membangun setidaknya tiga fasilitas produksi baru termasuk untuk obat TBC, dan sedikit untuk perluasan jaringan distribusi.

Terkait pembangunan fasilitas produksi tersebut, saat ini perseroan memiliki cadangan lahan seluas 22 hektar di kawasan industri Cibitung. Belanja modal tersebut, merupakan bagian dari rencana anggaran yang akan dialokasikan selama tiga tahun hingga 2018 sebesar Rp300 miliar.

Adapun hingga akhir tahun ini, menurut Yasser, penyerapannya baru sekitar Rp40 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper