Bisnis.com, LONDON--Harga minyak mentah tergelincir pada Selasa karena produksi minyak mentah berlimpah di hampir setiap wilayah ekspor utama, meskipun rencana OPEC dan Rusia memangkas produksi.
Hal itu memicu kekhawatiran bahwa limpahan bahan bakar telah memenuhi pasar selama lebih dari dua tahun, mungkin bertahan sampai 2017.
Selasa (6/12/2016), bursa berjangka minyak mentah Brent Internasional LCOc1 diperdagangkan pada US$54,64 per barel pada 0935 GMT, menyusut 30 sen dari penutupan Senin. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate berada di level US51,39 per barel, turun 40 sen.
Pedagang dan analis mengatakan dorongan dari keputusan OPEC pekan lalu untuk memangkas produksi minyak mentah telah memudar dan janji kartel telah terhapus oleh data yang menunjukkan kenaikan produksi dari dalam negara-negara anggota dan Rusia.
"Sebagian besar posisi menyesuaikan keputusan OPEC yang memaksa para pedagang menjalankan program mereka dan meninggalkan pasar untuk mengambil keuntungan,"ujar Ole Hansen, Kepala Strategis Komoditas Saxi Bank, mengutip survei yang menunjuk pada data produksi dari OPEC selama November.
Menurut dia, hal yang mengganggu adalah bahwa kenaikan tersebut berasal dari produsen Afrika, dua di antaranya terbebas dari pemangkasan produksi.
“Pertemuan pada Sabtu antara OPEC dan produsen non-OPEC akan sangat penting untuk menjaga sentimen bullish yang terlihat sejak Rabu lalu,"sambungnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa(6/12/2016).
Berdasarkan survei Reuters menurut data pengiriman dan informasi dari sumber-sumber industri, produksi minyak OPEC menetapkan rekor tinggi pada November, naik menjadi 34,19 juta barel per hari (bpd) dari 33,82 juta bpd pada Oktober.
Rusia melaporkan rerata produksi minyak harian pada November berada di level 11,21 juta bpd, tertinggi dalam hampir 30 tahun. Hal itu berarti OPEC dan Rusia memiliki produksi yang cukup untuk memenuhi hampir sebagian permintaan minyak global, yang hanya di atas 95 juta bpd.
Berita itu datang hanya beberapa hari setelah OPEC dan Rusia menyetujui kesepakatan bersejarah untuk memangkas produksi pada 2017, memicu kenaikan lebih dari 10% pada harga, dalam upaya untuk mengakhiri overhang pasokan bahan bakar.
Sebagai bagian dari kesepakatan, OPEC mengatakan produsen minyak utama yang bukan bagian dari kelompok sepakat untuk memangkas 600.000 bpd dari produksi selanjutnya. Sejumlah negara tersebut dan OPEC bertemu pekan ini untuk menyelesaikan porsi mereka.
Pada fakta selanjutnya bahwa persoalan pangsa pasar tidak hanya terjadi di Asia, wilayah konsumen terbesar dunia, Saudi Aramco memangkas harga Januari untuk kelas Arab Light bagi konsumen Asia sebesar US$1,2 per barel dibandingkan Desember.
Namun para analis mengatakan harga minyak tidak mungkin kembali jatuh ke tingkat di bawah US$45 per barel melihat kesepakatan pekan lalu.