Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen baja lembaran PT Saranacentral Bajatama Tbk. menargetkan pendapatan bersih Rp1,3 triliun dengan net profit sekitar Rp98,7 miliar tahun depan.
Target tersebut meningkat dari harapan realisasi kinerja tahun ini yang mencapai Rp996 miliar untuk pendapatan bersih dan Rp50 miliar untuk bottom line.
Suryani Kamil, Direktur Keuangan Saranacentral Bajatama, mengatakan pihaknya optimistis dapat membukukan pertumbuhan pada 2017.
“Tahun depan pasar akan kembali menguat dengan adanya program pembangunan infrastruktur serta proyek sejuta rumah dari pemerintah. Program tersebut akan banyak menyerap produk baja lembaran sehingga kinerja dapat meningkat,” katanya pada Kamis (1/12).
Menurutnya, awal tahun ini pasar baja lembaran sempat terganggu karena banyaknya produk impor dari China yang dibanderol dengan harga miring, sehingga perseroan menurunkan target pendapatan 2016 dari Rp1 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan, pada periode Januari-September 2016 pendapatan perseroan baru mencapai Rp654,31 miliar. Jumlah itu turun sekitar 27,63% dari periode yang sama tahun lalu Rp904,18 miliar.
Adapun laba bersih pada sembilan bulan di tahun ini mencapai Rp36,79 miliar. Hal tersebut berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu karena perseroan membukukan rugi bersih hingga Rp60,97 miliar.
Pada periode Januari-September 2016 perseroan bersandi BAJA tersebut bisa membukukan laba salah satunya karena keuntungan selisih kurs. Perseroan meraup laba kurs mencapai Rp27,38 miliar dari rugi kurs sebesar Rp81,92 miliar pada 2015.
Handaja Susanto, Direktur Utama Saranacentral Bajatama, mengatakan untuk menggenjot kinerja 2017, saat permintaan pasar baja lembaran naik pihaknya akan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi.
Saat ini kapasitas produksi terpasang dari dua line yang dimiliki perseroan mencapai 250.000 ton per tahun. Pada 2016, tingkat utilisasi berada di kisaran 60% hingga 70% atau sekitar 100.000 ton lebih. "Tahun depan kami akan tingkatkan utilisasi menjadi sekitar 90%."
Untuk mendukung peningkatan kinerja pada 2017 perseroan berencana menganggarkan belanja modal sekitar US$8 juta. Menurut Handaja, belanja modal tersebut seluruhnya akan dialokasikan untuk memodifikasi lini produksi baja lapis seng alumunium untuk memacu kecepatan mesin produksi.
Dia menyebutkan dana belanja modal itu sebagian besar akan berasal dari pinjaman dan sisanya dari kas internal. Namun pihaknya belum mau memerinci sumber pinjaman tersebut.
Ditanyai terkait pengembangan usaha di masa yang akan datang, perseroan tak menutup kemungkinan memperluas pasar melalui ekspor.
Menurut Handaja, ekspor kemungkinan baru bisa dilakukan 4 hingga 5 tahun ke depan dengan menyasar pasar di Asia Tenggara. Untuk saat ini perseroan masih fokus memenuhi permintaan dalam negeri. “Tak menutup kemungkinan ekspor dilakukan seiring dengan ekspansi pabrik.”