Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BUDI Sasar Pertumbuhan 10% Tahun Depan

PT Budi Starch and Sweetener Tbk. menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih di kisaran 10% pada 2017 dibandingkan dengan tahun ini

Bisnis.com, JAKARTA—PT Budi Starch and Sweetener Tbk. menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih di kisaran 10% pada 2017 dibandingkan dengan tahun ini.

 

Sebelumnya, emiten produsen tepung tapioka, sweetener dan karung pelastik tersebut memproyeksikan dapat membukukan pendapatan bersih hingga Rp2,7 triliun dengan laba bersih Rp40 miliar hingga akhir 2016. Artinya, pada 2017 perseroan menargetkan dapat mengantongi penjualan sekitar Rp3 triliun dengan laba bersih hampir Rp45 miliar.

 

Sudarmo Tasmin, Deputy President Director Budi Starch and Sweetener, mengatakan pihaknya optimistis menorehkan persentase target pertumbuhan minimal yang dipatok tersebut. Menurutnya, pasokan bahan baku yaitu singkong tahun depan diperkirakan akan lebih banyak dari tahun ini sehingga menggenjot produksi.

 

“Harapan kami kinerja keuangan setidaknya bisa naik 10% karena petani menanam singkong lebih banyak lagi sehingga input row materiallebih banyak kuantitas lebih banyak sehingga bisa jual lebih banyak,” ujarnya belum lama ini.

 

Dia menuturkan, tahun ini saja rata-rata kapasitas produksi dari semua pabrik yang dimiliki perseroan bersandi BUDI itu baru sekitar 50% karena pada semester I/2016 terhambat keterlambatan masa panen. 

 

Meski demikian, pihaknya berani memproyeksikan target capaian pendapatan dan laba bersih hingga Rp2,7 triliun dan Rp40 miiliar yang di atas raihan tahun lalu, masing-masing Rp2,37 triliun dan Rp19,6 miliar. Tahun depan, dengan proyeksi lebih melimpahnya bahan baku, rata-rata tingkat utilisasi diharapakan mencapai hingga 70%.

 

Sebagai gambaran, saat ini perseroan memiliki 15 pabrik tepung tapioka, empat pabrik sweetener dan dua pabrik karung pelastik. Kapasitas terpasang dari semua pabrik yang dimiliki perseroan mencapai 825.000 ton.

 

Di sisi lain, untuk menjaga ketersedianan bahan baku pihaknya pun gencar menjaga kerjasama dengan petani. Perseroan mengadakan pembinaan bagi petani agar menghasilkan bahan baku kualitas terbaik. Selain itu, perseroan pun rutin melakukan riset akan bibit unggul yang hasilnya dibagikan kepada petani.

 

“Untuk menjaga pasokan bahan baku kami bangun sinergi bersama dengan petani. Pabrik kami menyebar di 15 lokasi jadi harus dekat dengan sumber bahan baku kami juga membantu petani dengan pupuk dan bibit unggul singkong,” ujarnya.

 

Dia mengklaim, sebesar apapun hasil panen singkong, akan mampu diserap maksimal mengingat perseroan memiliki banyak pabrik. Selain itu, kebutuhan akan tepung tapioka dan sweetener di Indonesia sangat tinggi. Sehingga, saat ini perseroan lebih memprioritaskan pasar dalam negeri dari pada ekspor.

 

Penjualan dalam negeri mencapai 98% dari total penjualan. Menurutnya, hal itu tidak akan banyak berubah ke depan karena memang perseroan tidak terlalu ambisius menggenjot ekspor. 

 

Di sisi lain, lanjut dia, saat bahan baku melimpah, harganya akan lebih murah sehingga dapat memperlebar margin dan mengatrol laba bersih.

 

‘Harga bahan baku itu tergantung permintaan dan pasokan kalau sedang low season pernah mencapai Rp1200 per kg. Kalau sekarang musim panen bisa Rp750 per kg,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper