Bisnis.com, JAKARTA - PT Sekar Bumi Tbk. menambah modal dengan melakukan hak memesan efek terlebih dahulu II atau right issue untuk mengincar dana senilai Rp1,26 triliun.
Emiten dalam bidang usaha pengolahan hasil perikanan laut dan darat, hasil bumi dan peternakan berencana untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,29 miliar saham baru atau setara 71,01% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah terlaksananya right issue.
Berdasarkan prospektus yang dikutip Jumat (18/11/2016), dana right issue ini akan digunakan untuk tiga hal. Pertama, senilai Rp735 miliar akan digunakan Sekar Bumi untuk pembayaran atas pengambilalihan 22.500 lembar saham milik PT Sentra Budidaya Biotek (SBB) milik Clareville International Limited (CIL).
Kedua, dana right issue senilai Rp185 miliar akan digunakan oleh SBB untuk investasi dan modal kerja guna mendukung kegiatan operasional SBB. Ketiga, dana rights issue senilai Rp315 miliar akan digunakan untuk tambahan penyertaan modal yang diberikan kepada entitas anak yakni PT Bumi Pangan Asri (BPA), PT Bumi Pangan Sejahtera (BPS) dan PT Bumi Pangan Utama (BPU).
Adapun harga pelaksanaan hak memesan efek terlebih dahulu (HMTD) II yakni Rp550 per saham. Di sisi lain, PT Multi Karya Sejati (MKS) sebagai pemegang saham pengendali akan menggunakan hak sejumlah 201,24 juta saham baru.
Selain itu, MKS juga akan berperan sebagai pembeli siaga, dengan jumlah sebanyak-banyaknya 1,13 miliar lembar saham yang tidak diambil oleh pemegang saham HMETD publik.
Sementara itu, emiten bersandi saham SKBM mencatatkan penjualan bersih per September 2016 senilai Rp1,04 triliun, tumbuh 4% dari posisi Rp1 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Komposisi penjualan SKBM yakni senilai Rp962,57 miliar dari ekspor dan Rp84,04 penjualan domestik.
Di sisi lain, laba komprehensif yang diatribusikan kepada entitas induk hingga kuartal III/2016 senilai Rp21,44 miliar, tumbuh 8,94% dari posisi Rp19,68 miliar pada kuartal III/2015. Pada September 2016, SKBM memiliki utang bank jangka pendek senilai Rp22,69 miliar. Adapun utang tersebut diperoleh dari PT Bank Resona Perdania dan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA).