Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fundamental Membaik, Harga Karet Diproyeksi Menguat

Harga komoditas karet diperkirakan bakal terus meningkat pada bulan ini seiring dengan menguatnya faktor fundamental.
Karet Alam
Karet Alam

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas karet diperkirakan bakal terus meningkat pada bulan ini seiring dengan menguatnya faktor fundamental.

Pada penutupan perdagangan Selasa (8/11) harga karet kontrak April 2017 di Tokyo Commodity Exchange meningkat 1,44% atau 2,7 poin menuju 189,8 yen (US$1,81) per kilogram.

Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, mengatakan ada sejumlah faktor yang menguatkan harga karet. Dari sisi fundamental, produksi sedang mengalami hambatan akibat jumlah curah hujan yang tinggi di wilayah Asia Tenggara. Puncak musim hujan diperkirakan bakal terjadi pada Desember 2016 -- Januari 2017.

Rubber Authority of Thailand menyatakan hujan yang membasahi sekitar 60% wilayah selatan telah menghambat produksi karet. Sentimen ini mendukung harga untuk naik.

Dari sisi permintaan, perekonomian China, India, AS, dan negara-negara Eropa menunjukkan perbaikan yang mengindikasikan tumbuhnya konsumsi. Bahan baku karet terutama digunakan dalam industri otomotif untuk ban.

Berdasarkan data China Passenger Car Association, penjualan mobil berpenumpang naik selama delapan bulan berturut-turut. Per Oktober, penjualan meningkat 20% secara bulanan (month on month/ mom) menjadi 2,22 juta unit.

Selain itu, sambung Ibrahim, harga karet terdongkrak oleh pelemahan yen sebagai aset haven. Sebelumnya mata uang Negeri Sakura meningkat menjelang pemilihan umum Presiden Amerika Serikat pada Selasa (8/11/2016).

Namun, beberapa hari ini, menguatnya elektabilitas Clinton membuat pasar berpaling dari yen. Alhasil komoditas yang menggunakan yen menjadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain.

Sebagai komoditas turunan dari minyak mentah, harga karet dan komoditas perkebunan lainnya juga ikut terpengaruh. Dengan ekspektasi harga minyak mentah melonjak pada rapat OPEC 30 November 2016, maka harga karet turut membumbung.

"Saat itu [akhir November], harga karet bisa mencapai 200,5 yen per kilogram. Estimasinya bila rapat OPEC itu berhasil," ujar Ibrahim saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (8/11/2016).

Adanya kesepakatan antara International Tripartite Rubber Council (ITRC), yakni kelompok negara penghasil karet yang terdiri dari pemerintah Thailand, Malaysia, dan Indonesia memangkas kapasitas ekspor atau agreed export tonnage scheme (AETS) mulai Maret -- Desember 2016 juga memberikan dampak positif terhadap harga.

Di bawah perjanjian AETS, tiga negara yang memasok 60% kebutuhan karet global akan memotong total ekspornya sebanyak 615.000 ton. Rincian adalah, Thailand sekitar 324.005 ton, Indonesia sebesar 238.736 ton, dan Malaysia sejumlah 52.259 ton.

Dengan langkah tersebut, ITRC berharap harga komoditas karet menuju normal, sekitar US$2-US$3 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper