Bisnis.com, JAKARTA--Saham emiten pertambangan milik Grup Bakrie yang merupakan anak usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), meroket. Namun, kinerjanya justru ambruk.
Dari data Bloomberg, saham BRMS naik sejak 19 Oktober 2016 hingga 84% dari level 'gocap'. Pada perdagangan Rabu (26/10/2016), saham BRMS meletup 27,78% ke level Rp92 per lembar.
Tak tanggung-tanggung, total transaksi saham BRMS kemarin mencapai 6 miliar lembar. Lonjakan harga saham BRMS mengikuti sang induk, BUMI.
Lonjakan harga saham BRMS berawal dari penjualan saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) kepada PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC). PT Multi Daerah Bersaing sebagai anak BRMS melego saham NNT kepada PT Amman Mineral International milik MEDC senilai US$425 juta, setara Rp5,5 triliun.
Penjualan saham Newmont itu segera dibukukan di dalam laporan keuangan BRMS. Hasil lego saham Newmont, BRMS dapat menutup utang-utangnya, dan masih memiliki sisa dana tunai. Sisa duit buat ekspansi.
Manajemen BRMS baru merilis kinerja keuangan semester I/2016. BRMS harus menelan pil pahit akibat rugi yang diderita setelah paruh pertama tahun lalu meraup laba.
BRMS membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$150,25 juta pada paruh pertama tahun ini. Padahal, tahun lalu BRMS mengantongi laba bersih US$3,66 juta.
Pendapatan BRMS ambrol 62,8% menjadi US$2,17 juta dari US$5,84 juta. Total utang jangka pendek yang jatuh tempo dalam setahun milik BRMS mencapai US$722,3 juta setara Rp9,38 triliun.
Pada kuartal II/2016, BRMS membukukan rugi bersih Rp1,96 triliun atau turun 795,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp282 miliar. Pada perdagangan saat ini, PE Ratio perseroan berada di level negatif 0,91 kali.
Pendapatan BRMS turun 64,3% menjadi Rp13 miliar. Sedangkan, beban keuangan BRMS tercatat sebesar Rp588 miliar.
Total utang BRMS pada kuartal II/2016 sebesar Rp10,51 triliun, dibandingkan dengan Rp6,44 triliun tahun lalu. Sehingga, debt to equity ratio (DER) BRMS menjadi 0,76 kali dibandingkan dengan 0,39 kali pada kuartal sebelumnya.
Dari sisi arus kas, BRMS melaporkan negatif arus kas operasional sebesar Rp30 miliar. Selain itu, emiten telah menyerap belanja modal pada periode ini senilai Rp20 miliar, sehingga free cash flow tercatat negatif Rp 50 miliar.