Bisnis.com, JAKARTA--Pada musim 2016--2017 produksi kopi di Vietnam diperkirakan turun lebih dari 20% dibandingkan musim sebelumnya menjadi 1,3 juta ton sehingga memberikan sentimen positif terhadap harga.
Pada perdagangan Senin (24/10) pukul 16:47 WIB, harga kopi robusta di bursa ICE naik 1,25 poin atau 0,8% menuju ke US$0,157,35 per pon. Angka ini menunjukkan harga sudah meningkat 16,55% sepanjang tahun berjalan.
Luong Van Tu, Chairman of Vietnam Coffee and Cocoa Association, mengatakan kegagalan panen akibat cuaca kering yang dipicu El Nino dapat membuat produksi kopi di negaranya berkurang 20% yoy menjadi 1,3 juta ton pada musim 2016--2017.
Hampir 10.000 ha kebun kopi menghilang, dan 78.000 ha lainnya mengalami kekeringan. Hasil panen dari 100.000 ha perkebunan kopi pun jatuh sekitar 40%--50%.
Eskpor kopi Vietnam diperkirkaan menurun sekitar 30% pada tahun depan. Adapun pada 2016, ekspor dapat melebihi target, karena pengiriman dalam sembilan bulan pertama sudah mencapai 1,4 juta ton dibandingkan 2015 sejumlah 1 juta ton.
"Harga kopi juga diperkirakan terus meningkat karena tumbuhnya permintaan di Indonesia dan Vietnam," tutur Luong, Senin (24/10).
Vietnam merupakan produsen kopi robusta terbesar di dunia. Berdasarkan riset Bank Dunia, jumlah produksi kopi di sana pada musim 2016--2017 turun 6,91% menuju 27.275 kantong dari sebelumnya 29.300 kantong. Satu kantong setara dengan 60 kilogram.
Bank Dunia memaparkan pada musim 2015--2016 pasar arabika masih defisit sehingga harga meningkat 2%. Sedangkan kopi robusta mengalami sedikit surplus yang menekan harga terkoreksi juga 2%.
Pada 2016, harga kopi arabika dan robusta diprediksi mencapai US$3,6 per kg serta US$1,9 per kg. Sementara pada tahun depan, masing-masing menuju US$3,58 per kg dan US$1,91 per kg.
"Sepanjang 2016, harga keduanya menunjukkan tren meningkat," papar Bank Dunia.