Bisnis.com, JAKARTA– Reli harga batu bara berlanjut pada penutupan perdagangan hari keempat, Jumat (15/7/2016), di tengah laporan penurunan jumlah produksi batu bara di China.
Pada perdagangan Jumat, harga batu bara untuk kontrak September 2016, kontrak teraktif di bursa Rotterdam, ditutup menguat 0,98% atau 0,60 poin ke US$61,90/metrik ton.
Penguatan harga batu bara pada penutupan perdagangan Jumat kembali menyentuh level tertinggi baru sejak 4 Maret 2015 ketika menyentuh level 62,05.
Menurut data Biro Statistik Nasional China, seperti dilansir Bloomberg (Jumat, 15/7/2016), produksi batu bara negara tersebut drop 9,7% ke 1,63 miliar ton pada paruh pertama tahun ini.
Selama Juni 2016, produksi batu bara jatuh 16,6%, minyak mentah turun 8,9%, dan gas alami tergelincir 0,5%.
Produksi batu bara China telah menurun seiring upaya kepemerintahan Presiden Xi Jinping mewajibkan para penambang untuk mengurangi kapasitas berlebih pada negara penghasil dan pengguna bahan bakar terbesar di dunia tersebut.
“Pengurangan negara tersebut pada produksi minyak dan batu bara domestik bulan lalu lebih besar dari yang diperkirakan. Sumber daya di luar negeri yang lebih dari cukup dan murah telah membuat pemerintah lebih nyaman dengan pemangkasan yang dalam daripada suplai lokal yang berbiaya tinggi,” ujar analis North Square Blue Oak Ltd. Tian Miao.
Pergerakan harga batu bara kontrak September 2016 di bursa Rotterdam
Tanggal | US$/MT |
15 Juli | 61,90 (+0,98%) |
14 Juli | 61,30 (+0,82%) |
13 Juli | 60,80 (+0,91%) |
12 Juli | 60,25 (+3,88%) |
11 Juli | 58,00 (-0,09%) |
Sumber: Bloomberg