Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah kembali menguat pada awal perdagangan hari ini, Jumat (1/7/2016), di saat para investor memposisikan prediksi mereka untuk lebih banyak kenaikan harga tahun ini dengan harapan pasar yang lebih ketat.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak Agustus menguat 0,60% atau 0,29 poin ke US$48,62 per barel pada pukul 12.12 WIB, setelah dibuka naik 0,10% atau 0,05 poin di posisi US$48,38.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak September menguat 0,62% atau 0,31 poin ke level US$50,02, setelah dibuka dengan penguatan 0,38% atau 0,19 poin di level 49,90.
Menurut para pedagang, seperti dilansir oleh Reuters hari ini, menguatnya harga minyak mentah merupakan hasil dari mengetatnya pasar fisik. Oversuplai yang sebelumnya membawa kemerosotan harga pada 2014-2016 saat ini kembali ke keseimbangannya.
Kebijakan moneter lebih lanjut untuk menopang perlambatan ekonomi di Asia serta membendung dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) juga dilihat sebagai alasan bagi pedagang finansial untuk mengalirkan dana pada komoditas.
"Isu pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut di seluruh dunia terus mendukung pasar komoditas. Dengan berakhirnya penjualan kuartal kemarin, pemposisian investor mesti mulai meraih lebih banyak kenaikan harga,” papar ANZ Bank, seperti dikutip oleh Reuters.
Harga minyak juga didukung oleh pasar fisik. Meski produksi minyak dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) naik menjadi 32,82 juta barel per hari (bph) pada Juni, organisasi negara pengekspor minyak tersebut mengharapkan permintaan untuk suplainya masih lebih tinggi.
Pada perdagangan kemarin (Jumat pagi WIB), harga minyak West Texas Intermediate merosot US$1,55 ke US$48,33 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Agustus turun 93 sen atau 1,8% ke US$49,68 per barel di ICE Futures Europe Exchange.