Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang melanjutkan penguatannya pada awal perdagangan hari ini, Senin (20/6/2016), seiring pelemahan kinerja mata uang yen Jepang di tengah meningkatnya spekulasi bahwa Inggris akan memilih untuk bertahan di Uni Eropa.
Indeks Topix melesat 2,26% atau 28,33 poin menjadi 1.279,16 pada pukul 07.52 WIB, setelah dibuka dengan kenaikan signifikan sebesar 1,52% atau 18,98 poin ke level 1.269,81.
Pada saat yang sama, pergerakan indeks Nikkei 225 juga melesat 2,44% atau 381,19 poin ke 15.980,85 setelah dibuka dengan penguatan sebesar 1,53% atau 239,40 poin di level 15.839,06.
Sebanyak 220 saham menguat, 4 saham melemah, dan 1 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei.
Saham Fast Retailing Co. Ltd. KDDI Corp. melonjak 3,76%, disusul oleh Softbank Group Corp. yang melejit 3,23%, FANUC Corp. yang melesat 2,90%, dan saham Tokyo Electron Ltd. dengan kenaikan tajam sebesar 1,98%.
Seperti dikutip dari Bloomberg, pertaruhan suara bagi Inggris untuk keluar dari blok Uni Eropa jatuh menjadi sekitar 32% kemarin (Minggu, 19/6/2016), dengan jajak pendapat dari surat kabar yang menunjukkan 45% suara memilih ‘Bertahan’, sementara 42% memilih ‘Keluar’.
Jajak pendapat tersebut adalah yang pertama dilakukan sejak pembunuhan anggota parlemen Inggris Jo Cox yang pro-UE.
“Fakta bahwa Inggris saat ini cenderung memilih bertahan di UE sedikit memberikan kelegaan,” ujar Nobuyuki Fujimoto, analis pasar senior SBI Securities Co.
Bursa saham Jepang sempat terperosok menjelang akhir pekan lalu di tengah kecemasan akan hengkangnya Inggris dan juga keputusan Bank of Japan untuk mempertahankan kebijakan moneter.
Sementara itu, nilai tukar mata uang yen Jepang terpantau melemah 0,59% atau 0,61 poin ke posisi 104,77 yen per dolar AS pada pukul 08.15 WIB setelah dibuka di posisi 104,71.
Pergerakan Indeks Nikkei 225:
Tanggal | Level | Perubahan |
20/6/2016 (Pk. 07.50 WIB) | 15.980,85 | +2,44% |
17/6/2016 | 15.599,66 | +1,07% |
16/6/2016 | 15.434,14 | -3,05% |
15/6/2016 | 15.919,58 | +0,38% |
14/6/2016 | 15.859,00 | -1,00% |
Sumber: Bloomberg