Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan harga CPO sukses ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (17/6/2016), mengakhiri reli pelemahan selama sembilan hari penutupan perdagangan berturut-turut.
Kontrak berjangka CPO untuk September 2016, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, ditutup dengan penguatan signifikan sebesar 1,41% atau 34 poin ke posisi 2.449 ringgit per ton, setelah dibuka dengan pelemahan sebesar 0,17% atau 4 poin ke level 2.411 ringgit per ton.
Sejumlah faktor yang mendorong penguatan harga ialah berkembangnya fenomena La Nina setelah El Nino yang mempengaruhi terbatasnya produksi, naiknya permintaan menjelang Ramadan, dan sentimen bullish pada harga kedelai sebagai komoditas substitusi.
Yudha Gautama, Analis Mandiri sekuritas, dalam publikasi risetnya Senin (13/6) menyampaikan, tingkat persediaan (inventory) minyak sawit mentah (CPO) Malaysia kembali turun pada Mei 2016 karena pelemahan produksi dan kenaikan tipis pada sisi konsumsi domestik.
Berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board (MPOB) terbaru, persediaan di Negeri Jiran berada di level terendah sejak Maret 2011 atau sebesar 1,65 juta ton (-26,5% y-o-y, -8,8% m-o-m) pada bulan lalu dari April sebanyak 1,80 juta ton. Hal ini terutama disebabkan penurunan produksi yang lebih dalam (-24,6% y-o-y, 4,9% m-o-m).
Tingkat produksi hanya sebesar 1,37 juta ton akibat lesunya output di Semenanjung Malaysia (-28,3% y-o-y, +1% m-o-m) dan wilayah Sabah-Serawak (-20,4% y-o-y, 9,2% m-o-m). Secara keseluruhan, pada Mei 2016 total permintaan CPO Malaysia tercatat sebanyak 1,54 juta ton, dibandingkan tingkat suplai 1,39 juta ton.
Dalam lima bulan pertama 2016, total produksi CPO mencapai 6,06 juta ton (-16,8% y-o-y). Penurunan output terutama disebabkan oleh dampak El Nino terjadi sepanjang tahun ini, dan efek terburuk akan terasa pada kuartal II/2016.
Dari sisi komoditas substitusi, tambah Yudha, langkah pialang kedelai di pasar kontrak berjangka (futures) yang berada pada posisi net long turut menjadi pertanda baik bagi harga CPO. Sejak Maret 2016, posisi net long pada harga kedelai berjangka telah membentuk tren kenaikan, yang mengindikasikan sentimen bullish untuk kedelai.
Menurutnya, hal itu disebabkan turunnya produksi dan penundaan musim panen di Amerika Selatan sebagai dampak dari hujan lebat serta banjir pada April 2016. Ketika tanaman kedelai di Amerika Selatan memasuki penurunan musiman, yang diprediksi terjadi hingga akhir tahun, prediksi produksi dan level persediaan akan melorot sehingga memberikan dukungan untuk harga kedelai dan CPO.
Sementara itu, MIDF Research dalam publikasi risetnya, Senin (13/6), menyatakan persediaan CPO Malaysia pada bulan ini diperkirakan flat di level 1,65 juta ton sejalan dengan pola produksi secara historis.
Angka ini naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,5 juta ton akibat melambatnya permintaan China. Langkah China yang menggenjot konsumsi minyak kedelai menekan permintaan terhadap CPO. Dalam lima bulan pertama 2016, impor Negeri Panda menurun 51% (y-o-y) menjadi 510.000 ton.
Rebound harga CPO pada penutupan perdagangan hari ini juga sejalan dengan lonjakan harga minyak mentah global yang dapat memacu pergerakan sawit sebagai bahan bakar alternatif.
Harga minyak WTI kontrak Juli melesat sebesar 1,45% atau 0,67 poin ke US$46,88 per barel pada pukul 17.23 WIB. Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Agustus terpantau melejit sebesar 1,91% ke US$48,09 per barel.
Penguatan harga minyak mentah, bersama sejumlah komoditas lainnya, terjadi seiring meredanya kekhawatiran investor atas kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa, menyusul terbunuhnya anggota parlemen Inggris yang membalikkan sentimen terhadap Brexit dan kembali mengangkat aset berisiko.
Di sisi lain, pelemahan kinerja mata uang ringgit Malaysia secara tidak langsung juga mengangkat daya saing minyak sawit secara global. Nilai tukar ringgit melemah meski tipis sebesar 0,02% ke posisi 4,1 ringgit per dolar AS di akhir transaksi hari ini.
Pergerakan Harga CPO Kontrak September 2016
Tanggal | Level | Perubahan |
17/6/2016 | 2.449 | +1,41% |
16/6/2016 | 2.415 | -1,83% |
15/6/2016 | 2.460 | -0,36% |
14/6/2016 | 2.469 | -1,71% |
13/6/2016 | 2.512 | -1,88% |
Sumber: Bloomberg