Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Jepang berakhir dengan kemerosotan pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (16/6/2016), seiring melejitnya kinerja mata uang yen Jepang setelah Bank of Japan mengecewakan para investor dengan tidak menambah stimulus moneter.
Indeks Topix ditutup anjlok sebesar 2,8% ke 1.241,56, level terendah sejak 12 Februari setelah yen menyentuh posisi terkuatnya sejak Agustus 2014. Pada saat yang sama, pergerakan indeks Nikkei 225 juga terkulai sebesar 3,1% ke 15.434,14.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini, bank sentral Jepang tersebut memutuskan mempertahankan tingkat suku bunganya di minus 0,1% dan target tahunan untuk memperluas landasan moneter sebesar 80 triliun yen atau sekitar US$764 miliar.
Sementara, terdapat sekitar 28% dari ekonoms dalam survey Bloomberg yang sebelumnya memprediksi pelonggaran tambahan pada pertemuan tersebut.
“Ekspektasi untuk pelonggaran telah runtuh,” ujar Shoji Hirakawa, chief global strategist Tokai Tokyo Research Center. “Sangat tidak menyenangkan melihat mereka seakan-akan menutup mata. Akan lebih baik jika mereka memberikan pelonggaran.”
Saham Isuzu Motor jatuh 4,6% dan Nissan Motor Co. drop sebesar 4,3%, sementara saham Yokohama Rubber Co. terguling kedua terdalam pada indeks Nikkei 225.
Saham Nitto Denko Corp. membukukan pelemahan terdalam sebesar 7,2% pada Nikkei 225, setelah Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities Co. memangkas peringkatnya.
“Masalah terbesar dari semuanya adalah yen, yang pastinya dapat menguat lebih lagi,” kata George Boubouras, chief investment officer Contango Asset Management. “Isu nilai tukar uang akan menjadi hal yang terus menciptakan ketidakpastian dan volatilitas bagi saham-saham Jepang.”
Nilai tukar mata uang yen Jepang terpantau melejit sebesar 2,10% atau 2,23 poin ke posisi 103,78 yen per dolar AS pada pukul 14.14 WIB setelah dibuka di posisi 106,01.