Bisnis.com, JAKARTA - Setelah mengalami reli tinggi pada April, harga bijih besi merosot tajam sepanjang bulan Mei akibat spekulasi kenaikan persediaan di China yang menunjukkan surplus pasokan.
Pada perdagangan Selasa (31/5/2016) harga bijih besi untuk kontrak September 2016 naik 1,31% atau 4,5 poin menjadi 347,5 yuan (US$52,83) per ton. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga sudah meningkat sebanyak 11,74%.
Metal Bulletin Ltd. menyampaikan bijih besi mengalami koreksi 24% pada Mei setelah mengalami kenaikan 23% di bulan April. Penurunan harga secara bulanan menjadi level terendah sejak 2012.
Pada 21 April 2016 harga sempat melampaui US$70 per ton kemudian anjlok 29% di bawah US$50 per ton pekan lalu. Masa booming sudah beralih setelah pemerintah China mengetatkan produksi baja, sehingga penyerapan bijih besi berkurang signifikan.
Menurut data Shanghai Steelhome Information Technology Co. persediaan di pelabuhan membengkak 0,2% menuju 100,65 juta ton, tertinggi sejak Desember 2014. Artinya, sepanjang tahun berjalan stok sudah meningkat sebanyak 8,1%.
Dang Man, Analis Maike Futures Co., menuturkan pergerakan harga bijih besi sepanjang tahun berjalan seperti roller-coaster. Pada April, fundamental menunjukkan sinyal positif sehingga harga terangkat tinggi di atas logam lainnya.
"Namun, titik balik terjadi ketika regulator dan bursa mengekang spekulasi yang berlebihan," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (31/5/2016).
Beberapa waktu lalu Dewan Negara China sudah menyatakan keinginan pemangkasan produksi sebesar 100 juta ton hingga 150 juta ton baja menjadi 55 juta ton sampai dengan 95 juta ton. Artinya, langkah tersebut dapat mengurangi konsumsi bijih besi sekitar 90 juta ton hingga 150 juta ton, atau 15% dari total pasokan global.
Goldman Sachs Group Inc. menyampaikan masih ada kemungkinan harga menurun lebih lanjut pada paruh kedua 2016 di tengah surplus global. Pada kuartal II/2016, rerata harga sudah naik menuju US$55 per ton, tetapi menurun ke US$45 per ton di periode Juli-September, dan US$38 per ton dalam triwulan terakhir.
Citigroup Inc. dalam laporannya menyampaikan pasokan bijih besi akan tetap bearish seiring dengan bertumbuhnya produksi. Pada saat yang sama, melemahnya harga baja membuat industri menahan output dan menjaga kapasitas stok di level rendah.
Pelemahan harga baja membuat impor bijih besi China tertekan. Oleh karena itu, Citigroup memprediksi harga rata-rata bijih besi tahun ini ialah US$47 per ton.