Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EMITEN ROKOK: Laba HM. Sampoerna Tahun Ini Diprediksi Masih Flat

Kinerja produsen rokok raksasa PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. yang cenderung mendatar diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun ini seiring dengan kenaikan tarif cukai dan regulasi serta persaaingan ketat dalam industri.
Kantor HM Sampoerna. /HM Sampoerna
Kantor HM Sampoerna. /HM Sampoerna

Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja produsen rokok raksasa PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. yang cenderung mendatar diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun ini seiring dengan kenaikan tarif cukai dan regulasi serta persaaingan ketat dalam industri.

Kepala Riset PT Nung Hyup Koorindo Securities Indonesia Reza Priyambada menilai kinerja emiten berkode saham HMSP pada tahun ini diproyeksikan masih akan menghadapi sejumlah tantangan. Termasuk kenaikan tarif cukai, regulasi, dan persaingan antar produsen rokok.

"Kinerja HMSP kemungkinan masih flat tahun ini. Ada pertumbuhan konsumsi rokok, tapi tidak besar," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (2/3/2016).

Dia menilai ketatnya persaingan antar produsen rokok di Tanah Air membuat manajemen harus memutar otak untuk menggenjot volume penjualan. Diversifikasi produk dan strategi yang sama, membuat persaingan dalam perebutan market share semakin ketat.

Begitu pula dengan kenaikan tarif cukai yang dipatok oleh pemerintah. Produsen rokok akan membebankan kenaikan tarif itu kepada konsumen agar profitabilitas tidak tergerus.

Sejumlah regulasi seperti larangan merokok di tempat umum, pemasangan gambar dampak merokok, serta larangan pemasangan iklan ditengarai dapat mempengaruhi kinerja penjualan perusahaan rokok. Namun, tekanan terhadap produsen rokok terbilang minim bila dibandingkan dengan ketatnya persaingan antar sesama produsen.

Emiten rokok berkapitalisasi pasar terbesar Rp515,4 triliun, Hanjaya Mandala Sampoerna membukukan total laba bersih Rp10,4 triliun sepanjang periode 2015, naik tipis 1,8% dari Rp10,2 triliun pada 2014.

Presiden Direktur H.M. Sampoerna Paul Janelle mengatakan perseroan mengantongi pendapatan bersih di luar cukai sebesar Rp42,1 triliun pada 2015, naik 8,9% dari Rp38,7 triliun tahun sebelumnya. Pendapatan bersih khusus kuartal IV/2015 mencapai Rp11,6 triliun, naik 11,5% dari Rp10,4 triliun year-on-year.

Sementara itu, total laba bersih yang diraup emiten berkode saham HMSP tersebut mencapai Rp2,8 triliun pada kuartal IV/2015, naik 9,6% dari Rp2,5 triliun pada kuartal IV tahun sebelumnya.

"Kinerja pangsa pasar Sampoerna yang solid pada 2015 menunjukkan kekuatan portofolio merek unggulan perusahaan," katanya dalam siaran pers.

Dia mengatakan, sebagai produsen rokok terbesar di Indonesia, Sampoerna memiliki komitmen untuk memproduksi dan memasarkan rokok berkualitas tinggi bagi perokok dewasa.

Kinerja perusahaan yang solid di pasar, katanya, mendukung tujuan penerimaan cukai pemerintah dan berkontribusi terhadap sumber penghidupan komunitas pertanian tembakau dan cengkeh di Indonesia, serta ribuan karyawan, grosir, dan peritel yang berpartisipasi dalam perdagangan tembakau.

Menurutnya, pasar rokok di Indonesia tidak menunjukkan volume pada 2015, sejalan dengan melambatnya kondisi perekonomian Indonesia. Sampoerna mempertahankan kepemimpinan di pasar rokok di Indonesia dengan pengingkatan market share sebesar 0,1 poin menjadi 35,0% pada 2015.

Kinerja dari portofolio sigaret kretek mesin (SKM), terutama Sampoerna A, Dji Sam Soe Magnum, dan Dji Sam Soe Magnum Blue, mengalami peningkatan sepanjang tahun lalu, yang mengimbangi penurunan kinerja dari portofolio sigaret kretek tangan (SKT).

Tahun lalu, H.M. Sampoerna mengklaim sebagai pembayar pajak terbesar di Indonesia mencapai Rp67 triliun. Bahkan, pada Januari 2016, Kementerian Keuangan memberikan penghargaan kepada HMSP atas kontribusi terhadap pendapatan cukai negara.

Saham HMSP pada perdagangan kemarin terkoreksi 0,56% sebesar 625 poin ke level Rp110.775 per lembar. Selama setahun, saham HMSP memberikan return 76,20% dan 17,85% sepanjang tahun berjalan.

Secara terpisah, Henry Tan, analis J.P. Morgan Securities Singapore Private Limited, mengatakan meski stagnan, pasar industri rokok di Indonesia dinilai paling atraktif di dunia dengan pertumbuhan volume penjualan 314 miliar batang.

"Kami terus melihat Indonesia sebagai pasar industri rokok paling menarik di Asean," ungkapnya dalam riset belum lama ini.

Richard Burrows, Chairman British American Tobacco Plc., induk usaha PT Bentoel International Investama Tbk. (RMBA), melaporkan kinerja keuangan sepanjang periode 2015. Volume penjualan di Indonesia menjadi salah satu pendorong naiknya market share Dunhill menjadi 6% bersama Afrika Selatan.

"Secara global, volume BAT meningkat 8,5% y-o-y menjadikan market share naik 120 basis poin," katanya dalam rilis resmi.

Kendati demikian, volume dan pangsa pasar Dunhil di Indonesia terus tumbuh. Meskipun, merek lokal dari Grup Bentoel justru terkoreksi.

Dia mengatakan, volume rokok dari anak usaha sebanyak 663 miliar pada 2015, turun 0,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau merosot 0,8% di luar akuisisi TDR di Kroasia. Total volume tembakau lebih rendah 0,8%.

Penurunan volume rokok karena kontraksi pasar di Brazil, Italia, Rusia, Pakistan, Malaysia, dan Korea Selatan. Penurunan tersebut diimbangi oleh lebih tingginya volume di Turki, Bangladesh, Iran, Kazakhstan, Ukraina, dan Denmark.

Grup meningkatkan pangsa pasar sebesar lebih dari 40 bps di pasar kunci, terutama di Korea Selatan, Indonesia, Rusia, Jepang, Turki, Prancis, Pakistan, Bangladesh, Meksiko, Malaysia, Ukraina, Kazakhstan, dan Inggris.

Pangsa pasar Dunhill tumbuh 30 bps karena meningkatnya volume sebesar 6,0%, utamanya didorong oleh Indonesia dan Afrika Selatan, mengimbangi lebih rendahnya volume di Korea Selatan dan Malaysia.

Volume dan pangsa pasar naik, profit meningkat seiring Dunhill yang terus bertumbuh, mendorong perubahan dan mengimbangi penurunan merek lokal.

British American Tobacco Plc. menguasai 85,55% saham dalam RMBA, sedangakn United Bank of Switzerland memegang 13,41%. Sisanya, sebesar 1,04% dimiliki masyarakat. Sepanjang sembilan bulan pertama 2015 pendapatan Bentoel sebesar Rp15,82 triliun, naik 13,7% dari periode sama tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper