Bisnis.com, JAKARTA - Saham Asia jatuh, won Korea Selatan dan yen menguat dan ringgit Malaysia merosot. Kesepakatan antara Arab Saudi dan Rusia untuk membekukan produksi minyak gagal untuk meredakan kecemasan atas aksi jual minyak mentah tahun ini.
MSCI Asia Pacific Index turun 0,8% pukul 14.28 WIB pada perdagangan Rabu (17/2/2016). Ini adalah penurunan untuk pertama kalinya dalam tiga hari, sedangkan rupiah Indonesia dan won terdepresiasi lebih dari 0,5% di tengah spekulasi bank sentral mereka akan meningkatkan stimulus untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Nikkei 225 Stock Average ditutup melemah 1,36% atau 218,07 poin ke level 15.836,36. Indeks Topix Jepang juga melemah 1,13% atau 14,61 poin ke level 1.282,40. Hang Seng melemah 1,03% dan Kospi turun 0,13%.
Shanghai Composite Index menguat untuk hari kedua, mendapatkan 1,08% dan Shenzhen Composite naik 1,42%. Australia S & P / ASX 200 Index turun 0,6%, dipimpin oleh penurunan saham-saham energi sebanyak 4,2%.
Woodside Petroleum Ltd, produsen minyak dan gas alam terbesar kedua bangsa, jatuh 6,9% setelah melaporkan jatuhnya 99% laba setahun penuh di tengah kekalahan harga energi.
Kontrak pada indeks Standard & Poor 500 melemah 0,3% setelah benchmark ditutup menguat naik 1,7%. Saham berjangka Eropa naik 0,1%.
Kepala Valuta Asing Asia dan Strategi Suku Bunga Barclays Plc di Singapura Mitul Kotecha mengatakan ada peningkatan prasangka terhadap pelonggaran kebijakan di wilayah tersebut, dan kami sedang mencari penurunan suku bunga di China, India, Indonesia dan Korea.
"Itu akan merusak mata uang di kawasan itu. Kami telah melihat sedikit intensifikasi dari penghindaran risiko," ucapnya seperti di Bloomberg.