Bisnis.com, JAKARTA— Pasar obligasi saat ini menunggu data tenaga kerja Amerika Serikat, yang bisa menentukan laju surat utang negara.
"Titik konfirmasi akan ada pada Jumat malam yang jika data tenaga kerja AS diumumkan sangat baik, baik rupiah maupun SUN bisa kembali ke jalur pelemahannya,” kata Maximilianus Nico Demus. L, Fixed Income Analyst Samuel Sekuritas Indonesia dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (4/11/2015).
Dikemukakan setelah sempat naik, imbal hasil SUN berhasil turun hingga kemarin sore mengikuti penguatan tajam rupiah serta indeks harga saham gabungan (IHSG).
Angka inflasi yang turun drastis pada Oktober 2015 juga membantu imbal hasil SUN untuk turun, meski tidak merata di setiap tenor.
Akan tetapi, ujarnya, sentimen inflasi rendah sepertinya tidak sepenuhnya berhasil mendorong penurunan suku bunga antarbank yang hingga kemarin sore justru naik tipis.
“Bisa jadi menandakan aktivitas intervensi BI yang masih aktif untuk menjaga kestabilan rupiah,” kata Nico.
Ke depan, ujarnya, potensi pelemahan bisa datang ke SUN mengingat kenaikan imbal hasil UST yang cukup tajam beberapa hari terakhir.
Sementara itu total transaksi dan total frekuensi meningkat di bandingkan hari sebelumnya.
Total transaksi di dominasi oleh obligasi berdurasi 10 – 15 tahun, di ikuti dengan yang kurang dari 1 tahun. Sisanya merata di semua tenor dari pendek hingga panjang.