Bisnis.com, JAKARTA - Depresiasi kurs dan potensi perlambatan ekonomi global membuat IHSG anjlok bersama indeks bursa Asia lain.
IHSG terpuruk 4,37% atau 189,38 poin ke level 4.146,38 pada jeda siang Senin (24/8). Indeks pagi tadi dibuka melemah 2,18% ke level 4.241,31 dan sempat anjlok hingga 5,19% ke level 4.111,11 pada sesi I.
Equity Analyst dari Sucorinvest, Achmad Yaki Yamani mengatakan rupiah adalah faktor utama yang mendorong aksi jual di Bursa Efek Indonesia.
Rupiah yang hari ini sempat melemah hingga Rp14.054 per dolar AS di pasar spot menambah kecemasan investor asing yang sudah khawatir atas perlambatan ekonomi global.
“Pagi ini rupiah tembus Rp14.000/US$. Ketakutan investor kalau perlambatan ekonomi global akan terjadi. (Minyak) akhir pekan ke US$39,19/barel. Itu bikin ketakutan orang,” kata Achmad kepada Bisnis.com.
Aksi penarikan modal juga terjadi di pasar obligasi. Imbal hasil SUN RI bertenor 10 tahun sudah mencapai 9,025% pada pukul 12.11 WIB, sedangkan yield global bond RI bertenor 10 tahun sudah naik 23 basis poin.
Adapun credit default swap (CDS) obligasi pemerintah RI kini ada di level 246,17. Level tersebut lebih tinggi 77,5 poin di atas level rata-rata sejak awal tahun, selisih paling lebar di Asia Pasifik.
Aksi jual terjadi di seluruh bursa Asia. Indeks Nikkei 225 sampai tengah hari telah jatuh 3,88%, indeks Shanghai anjlok 8,45%, sedangkan indeks Straits Times melemah 3,36%.
Dari 518 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, sebanyak 15 saham menguat, 283 saham melemah dan 220 saham stagnan.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang jatuh 5,26% adalah beban utama, bersama PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang merosot 5,48%.
Penguatan masih terjadi pada saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sebesar 5% dan PT Bank International Indonesia Tbk (BNII) sebesar 3,03%.
Indeks Bisnis27 anjlok 4,99% ke level 339,90 pada jeda siang setelah terus tertekan pada kisaran 335,84—346,30 sepanjang sesi I.