Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan berupaya memperkuat pemodelan ekonometrik di pasar kakao guna memperkuat posisi Indonesia dalam jajaran tiga besar negara produsen kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Terkait upaya tersebut, Kemendag menghelat seminar Cocoa on Futures Markets and Econometric Modeling di Kuta, Bali pada 3-6 Agustus 2015, dengan menggandeng International Cocoa Organization (ICCO)
Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) Kemendag Bachrul Chairi menjelaskan pemahaman mengenai pasar berjangka kakao dan pemodelan ekonometrik di pasar kakao perlu ditingkatkan, mengingat komoditas bahan baku cokelat itu berkontribusi besar bagi perekonomian RI.
Data otoritas perdagangan menyebutkan total produksi kakao Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai 700.000 ton dengan nilai ekspor menyentuh US$1,24 miliar.
“Untuk itu kita perlu memanfaatkan program-program peningkatan kapaitas semacam ini untuk menjaga dinamika pasar di dalam negeri. Kegiatan ini juga menjadi ajang pemangku kepentingan dari sektor hulu dan hilir untuk berinteraksi dan saling meningkatkan jaringan bisnis,” jelasnya dalam siaran pers yang dilansir Selasa (4/8/2015).
Seminar tersebut menyoroti dua isu penting, yaitu peran dan fungsi pasar berjangka kakao serta pemodelan ekonometrik kakao dunia.
Pada sesi pertama mengenai pasar berjangka kakao, peserta seminar mendapatkan pengetahuan tentang cara memperhitungkan risiko operasional dan pasar yang dihadapi dalam rantai pasok kakao.
"Pasar berjangka memiliki peran penting dalam ekonomi kakao dunia, yaitu memfasilitasi shifting risiko harga atau fungsi lindung nilai [hedging], memberikan informasi berharga mengenai storage decision, serta sebagai pusat pengumpulan dan penyebaran informasi harga dunia," tutur Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya Ditjen KPI Deny W. Kurnia.
Pada sesi ke-2 seminar, dibahas tentang model ekonometrik kakao dunia. Kajian isu-isu dan aspek teknis yang terkait dengan pemodelan ekonometrika ekonomi kakao dunia dibahas, termasuk pemodelan ekonomi kakao di masing-masing negara produsen kakao.
"Model ekonometrik merupakan alat ukur hubungan kuantitatif ekonomi. Secara umum, modeltersebut digunakan untuk meningkatkan pemahaman mengenai bagaimana pasar berfungsi dan dampak ekonomi dari pembuatan kebijakan, khususnya terkait manajemen produksi, ” ungkap Deny.