Bisnis.com, JAKARTA--Raksasa otomotif PT Astra International Tbk. (ASII) membukukan penurunan laba bersih divisi otomotif sebesar 15% menjadi Rp3,44 triliun pada semester I/2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp4 triliun.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan secara keseluruhan, lemahnya permintaan selama paruh pertama tahun ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi dan sedikitnya jumlah produk baru yang diluncurkan.
"Selain itu, persaingan diskon pada pasar mobil yang disebabkan oleh kelebihan kapasitas produksi berdampak negatif terhadap laba bersih segmen bisnis usaha ini," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Kamis (30/7/2015).
Bisnis komponen otomotif, sambungnya, juga memberikan kontribusi yang rendah karena depresiasi nilai tukar rupiah.
Penjualan mobil secara nasional melorot 18% menjadi 525.000 unit. Penjualan mobil Astra sendiri merosot 21% menjadi 263.000 unit, sehingga mengakibatkan penurunan pangsa pasar dari 52% menjadi 50% selama semester pertama tahun ini.
Sejak awal tahun, emiten berkode saham ASII itu telah meluncurkan sembilan model baru dan lima model facelift.
Pada saat bersamaan, penjualan sepeda motor nasional juga merosot sebesar 24% menjadi 3,2 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) ikut tergerus sebesar 19% menjadi 2,1 juta unit.
Kendati demikian, pangsa pasar AHM justru meningkat menjadi 67%. Selama paruh pertama tahun ini, AHM telah meluncurkan delapan model baru dan tiga model facelift.
Di sisi lain, PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO), grup manufaktur komponen otomotif milik ASII, membukukan terjungkalnya perolehan laba bersih hingga 67% menjadi Rp152 miliar. Hal itu disebabkan oleh merosotnya volume dan depresiasi rupiah yang berimbas terhadap turunnya margin manufaktur.
Secara keseluruhan, Grup Astra International meraup laba bersih Rp8,05 triliun pada semester I/2015, turun 18% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp9,82 triliun. Pendapatan bersih perseroan juga mengalami penurunan sebesar 9% menjadi Rp92,5 triliun dari Rp101,52 triliun.