Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak sawit (CPO) diprediksi stagnan meski pelemahan rupiah dan ringgit berpotensi mendongkrak ekspor komoditas tersebut.
Kontrak CPO Februari 2015 ditransaksikan naik 0,17% pada 2.298 ringgit per ton di Bursa Malaysia pada Senin (5/1/2015), pk. 11:18 WIB.
Analis PT Monex Investindo Future Zulfirman Basir mengatakan pelemahan ringgit dan rupiah bisa memberikan sentimen positif pada kinerja kontrak CPO.
Rupiah dan ringgit yang lemah ditopang dengan kebijakan pajak ekspor nol persen oleh pemerintah Indonesia dan Malaysia dapat mendorong kinerja ekspor dari dua negara produsen CPO terbesar dunia tersebut.
Selain itu, ada kemungkinan penurunan produksi CPO di Malaysia akibat cuaca buruk di sejumlah wilayah perkebunan sawit besar di negara itu.
“Pelemahan ringgit dan rupiah juga dapat memberikan harapan akan membaiknya kinerja ekspor dari kedua negara palm oil terbesar di dunia tersebut. Ini dapat memberikan sentimen positif bagi palm oil,” kata Zulfirman dalam rilis yang diterima bisnis.com, Senin (5/1/2015).
Namun, Zulfirman menambahkan CPO masih akan mendapat tekanan besar dari harga minyak yang rendah dan suplai kedelai yang melimpah.
Harga minyak rendah dapat mengurangi minat atas biodisel, sedangkan kedelai merupakan produk subtitusi CPO dalam produksi makanan olahan.
Zulfirman memprediksi pergerakan CPO hari ini netral dengan target kenaikan 2.330 ringgit per ton dan stop-loss 2.270 ringgit per ton. CPO kemungkinan diperdagangkan pada kisaran 2.275—2.310 ringgit per ton.