Bisnis.com, JAKARTA- Pesta demokrasi yang digelar hari ini, Rabu (9/7/2014) memberikan sentimen positif di pasar obligasi, tercermin dari indikator pasar keuangan yangmencatatkan performa positif di minggu pertama Juli.
Riset Debt Research Danareksa Sekuritas mengemukakan indeks yield obligasi pemerintah turun 7bpsmenjadi 8,2% dari posisinya di akhir Juni2014.
Selain yield obligasi pemerintah, nilai tukar rupiah maupun indeks harga saham gabungan (IHSG) juga mengalami peningkatan selama periode tersebut.
Ekspektasi investor pada pemilu tahun ini dan nilai tukar rupiah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan.
Melihat kilas balik, nilai tukar rupiah mencapai titik terendahnya di tahun ini pada tanggal 8 April 2014, atau sehari sebelum diadakannya pemilihan umum legislatif (Pileg), yaitu sebesar Rp11.289 per dolar AS.
Dikemukakan riset, ketika hasil Pileg tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, rupiah kembali melemah hingga mencapai angka Rp12.099/US$ pada tanggal 26 Juni 2014 (titik tertinggisejak Maret 2014).
“Pola yang sama diperkirakan akan kembali terjadi di Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) kali ini,” tulis riset.
Hingga 7 Juli 2014, atau 2 hari sebelum Pilpres, rupiah telah menguat 1,36% dari posisinya di akhir Juni2014 menjadi Rp11.713/dolar AS.
Jika hasil Pilpres tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, maka dipastikan rupiah akan kembali melemah dan mengalami fluktuasi yang bersifat sementara.
Sebaliknya, euforia yang juga bersifat sementara diperkirakan juga mampu menggerakkan pasar ke arah positif jika presiden terpilih sesuai dengan ekspektasi investor.