Bisnis.com, JAKARTA- Trust Securities mengemukakan laju nilai tukar rupiah kembali masuk ke zona merah, bahkan sempat berada di atas Rp11.600 per dolar Amerika Serikat pekan ini.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan dolar menguat setelah merespons negatif rilis membesarnya impor Jepang, yang menyebabkan yen melemah.
Di sisi lain, tambahnya, penguatan dolar ditopang perkiraan membaiknya data ekonomi AS.
Reza mengataka meski laju dolar AS terhadap GBP dan euro mengalami pelemahan, namun dengan rendahnya yen membuat laju dolar AS dapat terlihat lebih tinggi dibandingkan laju sejumlah mata uang Asia.
Di sisi lain, laju euro yang terlihat kembali melemah dibandingkan dolar dan GBP, ujarnya, memberikan sentimen negatif bagi rupiah.
“Sehingga rupiah pun sulit untuk menguat,” kata Reza.
Dia mengatakan imbas rilis membesarnya defisit neraca perdagangan Jepang, mempengaruhi pandangan pelaku pasar yang mengkhawatirkan neraca perdagangan Indonesia akan bernasib sama.
Begitupun dengan defisit neraca berjalan yang juga dikhawatirkan akan membesar, sehingga membuat rupiah terdepresiasi.
Selain itu, pelaku pasar juga mengkhawatirkan musim pembagian dividen terutama untuk investor asing akan meningkatkan outflow dari pasar, dan permintaan atas dolar.
Pelemahan rupiah mulai berkurang setelah pelaku pasar merespons positif pernyataan MenKeu M. Chatib Basri, yang mengatakan lonjakan kebutuhan dolar AS biasa terjadi jelang tengah tahun. Berkaitan dengan kebutuhan untuk repatriasi laba perusahaan penanaman modal asing (PMA), impor, dan pembayaran utang jatuh tempo.
Reza mengatakan menkeu juga mengulas rupiah melemah tidak sendirian, mengingat mata uang regional lainnya mengalami nasib yang sama, seperti ringgit dan rupee.
“Menkeu juga memperkirakan, neraca perdagangan (Maret) akan bisa surplus. Inflasi (April) juga terkendali, bahkan cenderung bisa deflasi,” kata Reza.