Bisnis.com, SINGAPURA—Obligasi Korea Selatan berdenominasi dolar tumbuh paling baik di antara pelaku lainnya. Investor termasuk Union Investment Privatfonds GmbH dan Pacific Asset Management Group memprediksikan keuntungan yang lebih karena aliran dana keluar dari pasar negara berkembang.
Menurut data yang dirangkum oleh Bloomberg, surat berharga negara Korsel jatuh tempo pada September 2023 menjadi 3,875% atau telah kembali dari 2,3% pada tahun ini sampai 14 Februari.
Peningkatan ini menurut indeks JPMorgan Chase & Co. lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,2% pada obligasi pemerintah di pasar negara berkembang.
Menurut data Bloomberg, hal ini merupakan kenaikan sebesar 6,5% sejak September dan yang hanya membuntuti sukuk Indonesia jatuh tempo 2019 di antara isu surat berharga yang baru negara Asia lainnya pada 2013.
Korsel mencatat surplus transaksi berjalan sebesar US$70,7 miliar, serta ekspansi ekonomi tercepat dalam 2 tahun. Hal ini menolong penjualan surat utang pemerintah oleh Presiden Park Geun Hye merupakan seuah surge bagi investor yang melarikan diri dari saham dan mata uang negara berkembang.
Menurut perkiraan analis yang disurvei oleh Bloomberg, pertumbuhan ekonomi di antara negara India, Indonesia, Turki dan Brasil yang disebut fragile five oleh Morgan Stanley mungkin akan melambat tahun ini.
“Kredit yang memiliki ketahan kuat lebih disukai dibandingkan fragile five,” kata Sergey Dergachev, Senior Manager Keuangan di Frankfurt, kelompok gabungan yang memiliki surat utang Korea dan Indonesia di antara US$9 miliar aset emerging market.