Bisnis.com, SINGAPURA — Dolar Australia tetap tinggi setelah mengalami kenaikan mingguan terbesar dalam 5 bulan sebelum data lokal pekan ini mungkin menunjukkan harga rumah naik menyentuh rekor dan pekerjaan meningkat.
Imbal hasil obligasi pemerintah jatuh tempo 3-tahun pekan lalu tercatat menyentuh level tertinggi dalam 1 bulan setelah bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi dan target inflasi. Spekulasi RBA diyakini akan meredam dan memangkas biaya pinjaman.
Permintaan atas mata uang Australia dan Selandia Baru didukung oleh keuntungan pada saham global yang mendorong daya tarik aset berimbal hasil lebih tinggi.
“Kami tidak mengharapkan pelonggaran,” kata Peter Dragicevich, ahli strategi mata uang Commonwealth Bank of Australia di Sydney pada Senin (10/2). “Jika kita mendapatkan nomor yang lebih kuat [inflasi], maka kita pikir mata uang Australia akan mendapatkan dukungan lebih lanjut,” katanya.
Dolar Australia diperdagangkan pada 89,49 sen AS pada 11:23, Senin (10/2) di Sydney, setelah menguat 2,3% pada pekan lalu, merupakan penguatan terbesar sejak periode yang berakhir 6 September hingga mencapai 89,59. Dolar Selandia Baru melemah 0,1% menjadi 82,85 sen AS.
Imbal hasil obligasi Australia jatuh tempo 3-tahun turun satu basis poin menjadi 2,99% setelah naik hingga 3,03% pada akhir pekan lalu, merupakan level yang tidak terlihat sejak 10 Januari.