Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Review IHSG 2013: Indeks Berada di Area Oversold

Berdasarkan catatan Bisnis, sejak penutupan akhir tahun lalu hingga Senin (16/12/2013) atau year to date, indeks tercatat turun 4,42%. Sedangkan sejak penutupan akhir tahun lalu hingga 18 Desember 2013 pukul 11.12 WIB, indeks turun 2,68%.

Pergerakan Indeks Sektoral

Konsumer

+10,18%

Perdagangan dan jasa

+3,68%

Properti

+2,24%

Infrastruktur

-4,85%

Finansial

-5,37%

Agribisnis

-6,34%

Industri dasar dan kimia

-14,19%

Aneka Industri

-17,97%

Pertambangan

-22,97%

Sumber: BEI, Ket: Sejak penutupan akhir 2012 hingga per 16 Desember 2013

 

Bisnis,com, JAKARTA — Momen pergantian tahun sudah kian mendekat. Optimisme pelaku pasar modal pun mulai tergerus, bahkan timbul banyak kekhawatiran menjelang penutupan akhir tahun 2013.

Bagaimana tidak. Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang semula diyakini tembus di atas level 5.000 hingga akhir tahun terus terpuruk bahkan sempat di bawah level psikologis 4.000 pada Agustus lalu. Saat ini, indeks pun masih belum beranjak dari level 4.100-4.200.

Berdasarkan catatan Bisnis, sejak penutupan akhir tahun lalu hingga Senin (16/12/2013) atau year to date, indeks tercatat turun 4,42%. Sedangkan sejak penutupan akhir tahun lalu hingga 18 Desember 2013 pukul 11.12 WIB, indeks turun 2,68%.

Berdasarkan indikator RSI (Relative Strength Index)-14, indeks berada pada titik 34,14 dari skala 25-75 pada 16 Desember 2013. Adapun per 18 Desember 2013 pukul 11.12 WIB, indeks mulai naik dan berada pada titik 43,16.

Hal ini mengindikasikan indeks telah berada pada area jenuh jual dan secara teknikal indeks berpotensi untuk menguat.

Indeks sempat menyentuh 5.214,98 untuk level tertingginya pada 20 Mei 2013, dan sempat turun ke level terendah 3.967,84 pada 27 Agustus 2013. Sementara itu, sejak awal bulan ini hingga 16 Desember 2013, indeks tercatat turun 4,54%.

Pelemahan indeks diikuti dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus tertekan hingga ke atas Rp12.000 per dolar AS.

Pada pekan lalu, pelaku pasar modal juga sedang fokus menanti kepastian waktu pelaksanaan pemangkasan stimulus AS oleh The Federal Reserve.

Dampak Pengurangan Stimulus

Sebelumnya, Tim Riset Equity Retail Mandiri Sekuritas mengatakan jika pemangkasan stimulus jadi dilaksanakan pada tahun ini, akan menjadi sentimen negatif bagi IHSG karena investor akan menarik dananya dari Asia, termasuk Indonesia, ke AS.

Hal senada juga diungkapkan oleh Analis PT MNC Securities Reza Nugraha. Dia memprediksi, jika stimulus AS tetap dilakukan bulan ini, maka pelemahan indeks bisa lebih dalam dan di bawah 4.080.

Namun, pada perkembangan terakhir, kekhawatiran pemangkasan stimulus mulai mereda. Dari data rilis data ekonomi AS, meskipun terjadi peningkatan tetapi belum sesuai ekspektasi yakni tingkat pengangguran yang diharapkan 6,5% pada tahun ini, baru tercapai 7% dan inflasi baru tercapai 1% dari ekspektasi 2%.

Selain itu, sejumlah pelaku pasar modal meyakini pemangkasan tidak dilakukan pada tahun ini, seiring pergantian pimpinan The Fed juga akan dilakukan dalam waktu dekat.

Sebelumnya, Analis Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada memperkirakan pemangkasan stimulu baru dilakukan setelah adanya pergantian pimpinan The Fed. Seperti diketahui, Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke akan mengakhiri masa jabatan pada 31 Januari 2014.

Dia menilai Bernanke tidak akan mengakhiri masa jabatannya dengan membuat putusan yang bisa menimbulkan gejolak.

Hal ini mengakibatkan pergerakan indeks mulai positif sejak dua hari terakhir yakni 17 Desember dan 18 Desember, bertepatan dengan dimulainya rapat kebijakan The Fed.

Sementara itu, jika melihat kondisi pergerakan indeks sektoral, dari sembilan sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia hanya tiga sektor yang bergerak positif, sedangkan enam sektor lainnya negatif.

Sektor konsumer pun mencetak pertumbuhan tertinggi sebesar 10,28% sejak penutupan akhir tahun lalu hingga 16 Desember 2013.

Adapun sektor yang mencetak penurunan terbesar adalah sektor pertambangan sebesar 22,97%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Yusran Yunus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper