Bisnis.com, JAKARTA - Meredanya isu peningkatan pagu utang dan pengurangan stimulus moneter Amerika Serikat mendorong dana asing mengalir deras pada lelang surat utang negara kali ini mencapai Rp20,22 triliun atau 60% dari total penawaran.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Loto Srinaita Ginting menyampaikan porsi penawaran dari investor asing ini meningkat dibanding lelang SUN sebelumnya yang hanya 40%.
“Lelang kali ini appetite asing sangat bagus sampai 60%, padahal lelang sebelumnya hanya 40%,” ujar Loto saat ditemui dalam konferensi pers hasil penjualan ORI010 salah satu agen penjual, Selasa (22/10/2013).
Berdasarkan data DJPU, pemerintah memenangkan lelang SUN sebesar Rp12 triliun dari total permintaan yang mencapai Rp33,7 triliun. Dengan demikian, total penerbitan surat berharga negara (SBN) pemerintah telah mencapai Rp212,3 triliun atau 93,5% dari target netto 2013.
“Kalau berdasarkan perhitungan bruto sudah mencapai Rp295,5 triliun atau 90,4% dari target tahun ini. tinggal tersisa Rp31,4 triliun,” sebutnya.
Sisa target penerbitan obligasi tahun ini, lanjutnya, akan dipenuhi oleh lelang SUN valas di pasar domestik senilai US$500 juta dan sekitar tiga atau empat kali pelaksanaan lelang SUN rupiah sampai akhir tahun.
Terdapat lima seri obligasi yang dilelang pada 22 Oktober 2013, antara lain seri SPN 1 tahun dimenangkan senilai Rp1 triliun dari total penawaran Rp3,3 triliun dengan imbal hasil (yield) rerata tertimbang 5,8%. Seri FR0069 tenor 6 tahun mendapat penawaran Rp8,52 triliun dan dimenangkan senilai Rp4,8 triliun pada level yield 7,14%.
Seri FR0067 hanya mendapat permintaan Rp1,14 triliun dan dimenangkan senilai Rp700 miliar pada tingkat
yield 8,29%. Seri FR0070 tenor 11 tahun mendapat penawaran Rp9,92 triliun dan dimenangkan sebesar Rp3,3 triliun dengan yield 7,42%.
Seri FR0071 bertenor 16 tahun mendapat penawaran tertinggi dari investor mencapai Rp10,79 triliun dan hanya dimenangkan Rp2,2 triliun pada level yield 7,82%.
Loto memaparkan permintaan yang besar pada obligasi bertenor panjang mengindikasikan kepercayaan investor yang sudah mulai tumbuh kembali terhadap pasar obligasi Indonesia, setelah guncangan yang cukup besar beberapa bulan terakhir.
Dia menjelaskan isu penghentian operasi pemerintah AS dan peningkatan pagu utang sudah mereda sehingga sentimennya semakin membaik.
Dia juga memperkirakan pengurangan stimulus moneter AS baru akan berlangsung pada Februari 2014 sehingga investor asing tidak khawatir dan mulai kembali mencari tempat berinvestasi ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Sentimen global dan makro domestik yang membaik dengan penguatan rupiah bertahap turut berperan dalam mendorong investor asing,” ujarnya.
Sity Leo Samudera, Direktur Perbankan Institusional ANZ Indonesia berpendapat, aliran dana asing akan kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia seiring membaiknya neraca perdagangan dan transaksi berjalan nasional yang menjadi indikator perbaikan ekonomi makro.
“Emerging market fund memang outflow ketika gejolak terjadi beberapa waktu lalu, tapi sebenarnya cash masih banyak dan dana akan kembali lagi dengan cepat karena perbaikan current account,” tuturnya.