Bisnis.com, JAKARTA—Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 5 hari beruntun pascakondis Mesir yang memburuk membuat pasar khawatir akan ketersediaan pasokan minyak Timur Tengah.
WTI naik 0,39% ke posisi US$107,33 per barel di New York pada pukul 12:43. Data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan, pasokan minyak tercatat turun 2,8 juta barel pekan lalu. Angka tersebut hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan prediksi analis yang meramalkan penurunan ada di kisaran 1,5 juta barel.
Sementara itu, Mesir mengumumkan keadaan darurat nasional. Ratusan orang terbunuh saat aparat keamanan membubarkan paksa pendukung Mursi pada Rabu.
Mesir mengontrol Kanal Suez dan kilang Suez-Mediterranean. Pada 2012, melalui jalur tersebut, 4,51 juta barel minyak mentah dan murni disalurkan melewati Laut Merah dan Laut Mediterania.
Menurut EIA, Timur Tengah menyumbang 35% dari total pasokan minyak global pada kuartal pertama tahun ini.
Menurut Direktur Eksekutif Barratt’s Bulletin Sidney, Jonathan Barratt, ada sejumlah isu tentang Mesir yang membuat pasar gelisah dan mengikuti apa yang terjadi di negara tersebut.
“Semakin buruk kekerasan di Mesir maka harga minyak akan turut naik. Itu adalah reaksi spontan,” kata Barratt.
WTI untuk pengiriman bulan September naik 45 sen ke posisi US$107,30 per barel di perdagangan elektronik New York Mercantile Exchange. Kemarin, WTI ditutup pada level US$106,85, tertinggi sejak 2 Agustus. Adapun volume keseluruhan transaksi WTI adalah 11% lebih rendah di bawah rerata 100 hari terakhir. Sepanjang tahun ini harga WTI membukukan kenaikan sebesar 17%.
Adapun Brent untuk pengiriman bulan September naik 38 sen atau 0,34% ke posisi US$110,58 di ICE Futures Europe Exchange di London. Sementara itu, kontrak pengiriman bulan Oktober naik 45 sen ke posisi US$109,27. Brent mencatatkan selisi US$3,29 dari WTI.