Bisnis.com, JAKARTA - Meningkatnya kapasitas produksi kendaraan bermotor di dalam negeri serta tingginya biaya tenaga kerja membuat laba bersih dari bisnis otomotif Grup Astra selama semester I/2013 turun 10%.
Chief of Corporate Communication Astra International Tbk Arief Istanto mengatakan penurunan yang terjadi 10% menjadi Rp4,4 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu..
Sebanyak Rp1,9 triliun berasal dari perseroan dan anak usaha dan Rp2,5 triliun disumbang perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities di sektor otomotif.
"Selama semester I permintaan kendaraan tetap tinggi lantaran naiknya pendapatan masyarakat dan tingkat suku bunga pinjaman yang masih terjangkau tapi biaya tenaga kerja memicu penurunan kontribusi laba bersih dari segmen otomotif," tuturnya melalui surat elektronik, Rabu (31/7/2013).
Sementara itu, terkait aturan uang muka minimum pada pembiayaan otomotif syariah yang diberlakukan untuk perusahaan pembiayaan sejak 1 Januari 2013 dan bank pada 1 April 2013 tak banyak berdampak pada kinerja semester I. Jika ditanya bagaimana pengaruh kenaikan harga BBM pada Juni 2013, menurut Arief, terlalu cepat jika disimpulkan sekarang.
"Penurunan laba bersih utamanya dipicu meningkatnya biaya tenaga kerja meski ada peningkatan penjualan pada segmen Original Equipment Manufacturer (OEM), suku cadang dan ekspor," ucap dia.
Catatan saja, selama kuartal II/2013 unit usaha Grup Astra, Astra Otoparts, menerbitkan saham baru senilai Rp3 triliun demi memperkuat struktur modal perusahaan. Astra International pun menjual 15,7% kepemilikan saham di Astra Otoparts untuk meningkatkan likuiditas sahamnya di bursa. Penjualan saham ini bernilai transaksi Rp2,8 triliun.
Astra Otoparts sempat mengakuisisi 51% saham PT Pakoakuina, produsen velg kendaraan roda 4 dan roda 2, pada April 2013. Nilai pengambilalihan ini setara Rp700 miliar dengan mengambil seluruh saham baru yang dikeluarkan.