Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

OBLIGASI AS: Yield 10 Naik Tipis 0,03%

BISNIS.COM, JAKARTA—Yield obligasi AS bertenor 10 tahun berada pada kisaran yang paling sempit lebih dari sebulan, di tengah spekulasi Federal Reserve mengindikasikan kapan akan mulai memperlambat pembelian obligasi pada akhir rapat kebijakan selama
Gita Arwana Cakti
Gita Arwana Cakti - Bisnis.com 19 Juni 2013  |  06:23 WIB
OBLIGASI AS: Yield 10 Naik Tipis 0,03%

BISNIS.COM, JAKARTA—Yield obligasi AS bertenor 10 tahun berada pada kisaran yang paling sempit lebih dari sebulan, di tengah spekulasi Federal Reserve mengindikasikan kapan akan mulai memperlambat pembelian obligasi pada akhir rapat kebijakan selama dua hari.

Yield menguat sebelumnya bahkan setelah laporan harga konsumer menguat di Mei dengan laju yang lebih lambat dari perkiraan, berada tetap dibawah target inflasi The Fed.

"Tidak ada yang mau mengambil risiko terlalu banyak sebelum mendengar pernyataan The Fed. Jika kita mendapat pertanda akan adanya pengurangan secepatnya, pasar akan mengambilnya secara kasar dan kita akan melihat yield tinggi yang baru,” ujar Scott Graham, Head of Government Bond Trading di Bank of Montreal’s BMO Capital Markets Unit di Chicago, seperti dikutip Bloomberg.

Berdasarkan data Bloomberg, yield obligasi AS tenor 10 tahun telah sedikit berubah pada level 2,19% pada pukul 17.00 waktu New York atau pukul 04.00 WIB pada Rabu (19/6/2013), setelah naik tiga basis poin sebelumnya atau 0,03%.

Harga 1,75% surat utang yang jatuh tempo pada Mei 2023 turun 1/32 atau 31 sen per nilai nominal US$1.000 ke level 96 1/8. Yield menguat lima basis poin kemarin.

Obligasi bertenor 10 tahun diperdagangkan 4,88 basis poin dengan kisaran antara 2,216% dan 2,1673%, tersempit sejak 9 Mei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

yield obligasi as

Sumber : Bloomberg

Editor : Nurbaiti

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top