BISNIS.COM, CHICAGO-Jagung diperdagangkan mendekati harga tertinggi dalam 3 pekan terakhir, seiring dengan hambatan penanaman di sebagian daerah Amerika Serikat yang merupakan negara penghasil komoditas ini akibat hujan lebat.
Jagung berjangka untuk pengiriman Desember, setelah panen, naik sekitar 0,5% menjadi US$5,54 per bushel di Chicago Board of Trade dan diperdagangkan pada harga US$5,535 pada 10.48 pagi di Singapura. Kemarin, harga kontrak mencapai US$5,5425, atau termahal sejak 3 Mei 2013.
U.S. Department of Agriculture melaporkan sekitar 86% dari tanaman jagung telah disemai pada 26 Mei. Angka tersebut naik dari angka pekan sebelumnya, yakni 71%. Dalam 5 tahun terakhir angka persebaran tanaman jagung mencapai 90%, dan tahun lalu 99%.
Commodity Weather Group LLC menyatakan kawasan Iowa, Illinois, Missouri, dan South Dakota mengalami hujan selama 3 hari dengan intensitas 6 inches (15 centimeters) yang menyebabkan banjir dan menghambat penanaman.
Luke Mathews, ahli strategi komoditas pada Commonwealth Bank of Australia (CBA), melaporkan perkembangan pertanian jagung pada pekan lalu membaik.
Harga meningkat setelah hujan lebat dalam beberapa hari lalu di Midwest dan mendorong perhatian terhadap masa penanaman jagung, ungkapkapnya seperti dikutip Bloomberg, Rabu (29/5/2013).
Peneliti Instituto Mato-Grossense de Economia Agropecuaria memperkirakan penen jagung hasil penanaman kedua 2012-2013 di Brasil mencapai 17,37 juta ton, lebih banyak dari musim sebelumnya 15,59 juta ton.
Di Mato Grosso jagung merupakan tanaman kedua setelah kedele.
Kedele berjangka untuk pengiriman Juli naik 0,6% menjadi US$15,1825 per bushel setelah turun 0,4%. Harga naik 8,5% pada bulan ini, sekaligus merupakan kenaikan pertama sejak Januari.
Adapun gandum untuk pengiriman Juli sedikit berubah pada level US$6,94 per bushel, atau turun 5,1% pada bulan ini. (mfm)