BISNIS.COM, NEW YORK--Surat berharga negara tenor 10 tahun menguat untuk hari kedua pada penutupan perdagangan Jum'at sore waktu AS atau Sabtu pagi waktu Jakarta.
Penguatan terjadi setelah penjualan ritel di AS tak terduga turun pada Maret dan banyak spekulan yang mengambil posisi jangka panjang pada surat berjangka mereka untuk level tertinggi pada tahun ini.
Berdasarkan data Bloomberg, yield obligasi tenor 10 tahun turun terdalam pada penutupan dalam 6 pekan karena laporan terpisah menunjukkan ukurang harga grosir dan sentimen konsumen turun lebih dalam dari perkiraan yang menambah spekulasi the Fed tidak akan mengakhiri langkah stimulusnya dalam waktu dekat.
Yield obligasi 10 tahun turun 7 basis poin atau 0,07% ke level 1,72% hingga pukul 5 sore waktu New York. Penurunan ini merupakan terbesar sejak 25 Februari. Harga 2% surat utang yang jatuh tempo pada Februari 2023 naik 5/8 atau US$6,25 per nominal US$1.000 menjadi 102 17/32.
Sementara itu, yield tenor 30 tahun turun 8 basis poin atau 2,92% setelah penutupan perdagangan di atas 3% untuk pertama kali dalam sepekan.
"Dorongan untuk tingkat rendah telah menjadi badai yang sempurna dimulai dengan Eropa, Jepang, the Fed dan sekarang data AS yang lemah," kata jason Rogan, Direktur Perdagangan Obligasi Pemerintah AS di Guggenheim Partners LLC seperti dikutip Bloomberg.
"Kami sudah memiliki serangan data yang buruk di AS dan tidak ada banyak untuk pandangan bearish saham. Pada akhirnya, itu memberikan penutup Fed untuk menjaga pembelian," tambahnya.
