JAKARTA -- Produsen peledak tambang PT Ancora Indonesia Resources Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 15% pada tahun depan seiring dengan beroperasinya pabrik baru dan prospek kontrak jasa pemboran.
Presiden Direktur Dharma Djojonegoro menjelaskan pabrik yang baru dibuka 2012 mencapai kapasitas penuh untuk pembuatan amonium nitrat sebagai bahan peledak pertambangan.
"Pendapatan tahun depan sekitar US$170 juta, naik dibandingkan US$150 juta yang diproyeksikan tahun ini," katanya Kamis (29/11).
Dia menjelaskan pada tahun depan emiten berkode OKAS itu dapat memproduksi hingga 120.000 ton amonium nitrat. Adapun produksi tahun ini diperkirakan sebanyak 105.000 ton.
Selain itu, volume penjualan amonium nitrat juga diproyeksikan meningkat menjadi 170.000 ton, dibandingkan 150.000 ton tahun ini. Angka penjualan yang lebih tinggi daripada produksi terjadi akibat impor untuk dijual ke dalam negeri.
Harga penjualan rata-rata amonium nitrat sepanjang 2012 sekitar US$650 per ton.
Selama ini, pendapatan OKAS didapat dari dua anak usahanya yaitu Multi Nitrotama Kimia (MNK) dan Bormindo Nusantara dengan kontribusi masing-masing 85% dan 15%.
MNK merupakan produsen peledak dengan 2 pabrik amonium nitrat dan memiliki 4 pabrik emulsi. Anak usaha ini juga telah mendapatkan izin membangun sebuah pabrik pembuatan detonator di Kalimantan Timur yang berkontribusi terhadap pendapatan tahun depan.
Sementara itu, Bormindo adalah penyedia jasa pengeboran tambang minyak yang pada 2012 mendapat 3 kontrak baru senilai US$200 juta. Kontrak tersebut didapat dari 3 klien yaitu PT Pamapersada, PT Adaro Energy, dan PT Borneo Lumbung Energy & Metal.
Bormindo membidik 6 kontrak tahun depan senilai US$70 juta. "Dengan tambahan kontrak dari Bormindo, pendapatan kami mungkin lebih besar dari target," ujar Dharma.
Untuk anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) tahun depan, OKAS mengatakan untuk MNK hanya sekitar US$5 juta hingga US$10 juta. Namun, capex Bormindo mencapai US$17 juta yang dialokasikan untuk pembelian alat berat.
Sumber dana untuk capex tersebut didapatkan dari pinjaman perbankan 70% dan kas internal 30%.
Tambahan Pinjaman
OKAS baru saja mendapat tambahan pinjaman dari pemegang saham menjadi maksimal Rp120 miliar dan mengalihkan pinjaman US$25 juta dari Standard Chartered Bank.
Dharma menjelaskan tambahan maksimal Rp52 miliar itu dibutuhkan untuk modal kerja setelah pada 4 Mei memperoleh pinjaman maksimum Rp68 miliar.
"Pinjaman ini bertujuan membantu keuangan Pprseroan karena pinjaman dari PT AR tersebut bersifat lunak, yaitu tanpa jaminan dan dengan bunga rendah hanya 0,5% per tahun," ujarnya.
Perseroan berharap pinjaman ini dapat membantu menutup kekurangan biaya kebutuhan umum dan operasional Perseroan.
Jangka waktu pinjaman tersebut juga meningkat menjadi 6 tahun sejak 2 November 2009, sebelumnya hanya 5 tahun.
Dengan penambahan pinjaman menjadi maksimum Rp120 miliar (setara dengan US$12,66 juta), total aset lancar dan total liabilitas jangka panjang perseroan meningkat masing-masing sebesar US$6,38 juta.
Selain itu, total liabilitas jangka pendek meningkat US$5.320 dan saldo laba yang bellum ditentukan penggunaannya menurun US$5.320 sebagai dampak meningkatnya rugi tahun berjalan.
OKAS juga mengalihkan utang senilai US$ 25 juta atau Rp 237,5 miliar dari Standard Bank Plc kepada Indies Investments Pte Ltd.
"Pengalihan itu dari pihak bank, ini sudah biasa," ujarnya.
Per 30 September 2012, pemegang saham OKAS adalah PT Ancora Resources (52%) DBS Bank Ltd SA Summar Harvest Pte Ltd (17,18), Sarasin Rabo Nominees (Singapore) Pte Ltd Account Burgundy Assets Corp (11,04%).
Pemegang saham lain adalah Sarasin Rabo Nominees (Singapore) Pte Ltd juga bertindak sebagai kustodian Harp Worldwide Ltd (4,35%), dan Forte Group International Inc (3,89%), sedangkan publik dengan kepemilikan di bawah 5% memegang porsi 11,54%.
(faa)