JAKARTA -- Produsen batu bara PT Bumi Resources Tbk, yang terafiliasi dengan Grup Bakrie, mencatat total pinjaman US$3,79 miliar yang jatuh tempo hingga 2017 dan merencanakan sejumlah strategi untuk menurunkannya.
Emiten berkode BUMI tersebut mencatat hanya US$17 juta yang akan jatuh tempo pada kuartal keempat tahun ini. Kemudian, US$245,5 juta akan jatuh tempo pada tahun depan.
Sementara itu, US$1,23 miliar jatuh tempo pada tahun 2014 dan US$1,06 miliar pada 2015. Pada 2016, jumlah yang harus dibayar adalah US$530 juta dan sisanya US$700 juta pada 2017.
Jumlah tersebut belum termasuk yang dimiliki anak usahanya. Lembaga pemeringkat internasional Moody's dan S&P telah menurunkan outlook utang Bumi menjadi B+ dari BB-.
Perseroan dalam materi presentasinya menyebutkan sejumlah strategi untuk mengurangi utang termasuk mencapai produksi batu bara sebanyak 100 juta ton pada 2014.
Selain itu, emiten yang tengah menghadapi investigasi keuangan oleh auditor independen dan induk usahanya di London, berencana memonetisasi aset-aset di luar bisnis intinya.
Sepanjang 2012, BUMI memproyeksikan produksi sebanyak 73 juta ton hingga 75 juta ton, naik dari realisasi 66 juta ton tahun lalu.
Produsen batu bara thermal ini memprediksi 45 juta ton dikontribusikan oleh Kaltim Prima Coal (KPC) dan 30 juta ton dari Arutmin.
Pada 2014, estimasi produksi KPC sebanyak 65 juta ton dan Arutmin 35 juta ton. Produksi tersebut akan mendapat tambahan dari Pendopo Energi sebanyak 4 juta ton yang saat ini masih dalam tahap eksplorasi.
Di samping batu bara, emiten ini juga memiliki aset migas Gallo Oil yang masih dalam tahap eksplorasi. Aset mineral non-batu bara juga dimiliki melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang sebagian besar masih dalam tahap eksplorasi.
Sebagai catatan, BRMS juga memiliki sekitar 18% tambang emas Newmont Nusa Tenggara.
Proposal Bakrie
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Grup Bakrie menawarkan proposal tukar guling saham dan tunai senilai US$1,2 miliar untuk keluar dari Bumi Plc, induk usaha pemegang 23,8% saham Bumi Resources.
Bumi Plc sendiri saat ini masih mengendalikan 29,2% Bumi Resources dan 84,7% saham PT Berau Coal Energy Tbk.
Proposal itu saat ini masih dibahas oleh direksi Bumi Plc dan menunggu hasil audit independen terhadap dugaan penyimpangan keuangan oleh kedua asetnya di Indonesia itu.
"Tidak mau berkomentar," ujar Bobby Gafur, Presiden Direktur PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), pada Selasa (27/11). Grup Bakrie merupakan bentukan antara BNBR dan Long Haul Holdings yang berbasis di Singapura.
Grup Bakrie juga terpaksa harus membubarkan perusahaan patungannya dengan PT Borneo Lumbung Energi and Metal Tbk yang dimiliki Samin Tan terkait proposal tersebut.
Sementara itu, Direksi Independen Bumi Plc telah menerima proposal dari NR Investment, yaitu perusahaan investasi milik Nathaniel Rothschild. Rothschild adalah pendiri Bumi Plc yang telah mundur dari direksi dan diberitakan telah mengumpulkan US$270 juta terkait proposal itu.
Sepanjang tahun ini saham BUMI terus tertekan hingga 70% dan pada Selasa (27/11) ditutup di level Rp550. (faa)